tag:blogger.com,1999:blog-69489027292284434662024-02-20T13:54:17.365-08:00masih jombloAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/08621423621816858561noreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-6948902729228443466.post-54612206516866339402013-05-01T04:10:00.003-07:002013-05-02T22:21:27.583-07:00TANAM PAKSA - SEJARAH INDONESIA BARU<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b><span style="color: blue;">SERBA SERBI TANAM PAKSA</span></b></div>
<br />
<br />
Tanam paksa adalah era paling eksploitatif dalam praktek ekonomi<br />
Hindia Belanda. Sistem tanam paksa ini jauh lebih keras dan kejam<br />
dibanding sistem monopoli VOC karena ada sasaran pemasukan<br />
penerimaan negara yang sangat dibutuhkan pemerintah. Aset tanam<br />
paksa inilah yang memberikan sumbangan besar bagi modal pada zaman<br />
keemasan kolonialis liberal Hindia-Belanda pada 1835 hingga 1940.<br />
Di atas kertas, teori Cultuurstelsel memang tidak terlalu<br />
memembebani rakyat, namun dalam pelaksanaannya, Cultuurstelsel terbukti<br />
sangat merugikan petani terutama di Jawa yang mengakibatkan<br />
kesengsaraan ,kemiskinan dan kematian bagi rakyat di tanah koloni .<br />
Kata kunci : Penerapan, cultuurstelsel,daerah koloni<br />
<br />
<b><i>A.Pendahuluan</i></b><br />
<br />
Selepas Syarikat Hindia Timur Belanda (SHTB) menjadi muflis pada<br />
akhir abad ke-18 dan selepas penguasaan United Kingdom yang singkat di<br />
bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil alih<br />
pemilikan SHTB pada tahun 1816. Belanda berjaya menumpaskan sebuah<br />
pemberontakan di Jawa dalam Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830.<br />
Selepas tahun 1830, sistem tanam paksa yang dikenali sebagai cultuurstelsel<br />
dalam bahasa Belanda mulai diamalkan. Dalam sistem ini, para penduduk<br />
dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasaran<br />
dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dan sebagainya. Hasil-hasil tanaman itu<br />
kemudian dieksport ke luar negara.<br />
Pada tahun 1901, pihak Belanda mengamalkan apa yang dipanggil<br />
mereka sebagai Politik Beretika (bahasa Belanda: Ethische Politiek) yang<br />
termasuk perbelanjaan yang lebih besar untuk mendidik orang-orang pribumi<br />
serta sedikit perubahan politik. Di bawah Gabenor Jeneral J.B. van Heutsz,<br />
pemerintah Hindia-Belanda memperpanjang tempoh penjajahan mereka<br />
secara langsung di seluruh Hindia-Belanda, dan dengan itu mendirikan asas<br />
untuk negara Indonesia pada saat ini.<br />
Pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda<br />
antara tahun 1830 sampai pertengahan abad ke-19 mereka menamakannya<br />
dengan cultuurstelsel. Dalam historiografi Indonesia yang tradisional istilah<br />
itu diganti menjadi “Tanam Paksa” yang menonjolkan aspek normatif dari<br />
sistem tersebut yakni kesengsaraan dan penderitaan rakyat yang diakibatkan<br />
oleh penerapan sistem tersebut. Istilah yang dipergunakan oleh Belanda<br />
tersebut selain terbatas pada aspek ekonominya, sehingga makna padanan kata<br />
cultuurstelsel tersebut dalam bahasa Indonesia sesungguhnya adalah “sistem<br />
pembudidayaan”, atau juga dapat disebut budidaya tanam. Namun demikian<br />
praktek di lapangan terutama dari segi pengelolaannya dapatlah diamati<br />
bahwa aspek politik kolonial sangat menonjol. Usaha produksi sesungguhnya<br />
dilaksanakan oleh rakyat atau petani dengan pengawasan para penguasa<br />
daerah dari tingkat bupati sampai ke tingkat desa. Pada waktu itu hubungan<br />
politik antara Belanda dan Mataram yang telah menjadi saling tergantung<br />
sejak tahun 1755, dan terutama pasca Perang Diponegoro di mana Belanda<br />
membantu pihak keraton, merupakan format politik yang mendorong dan<br />
memunculkan terselenggaranya sistem tanam paksa.<br />
Pada saat Thomas Stanford Raffles berkuasa di Hindia Belanda,<br />
Belanda sedang mengalami kesulitan ekonomi yang lebih banyak diakibatkan<br />
oleh Perang Napoleon dan isolasi ekonomi yang disebabkan Stelsel<br />
Kontinental. Oleh sebab itu, Belanda kehilangan sebagian besar<br />
perdagangannya dan pelayarannya. Peranannya sebagai pasar penimbun<br />
barang mundur dan dunia perdagangan melahirkan pusat-pusat perdagangan<br />
baru. Pedagang-pedagang Belanda tidak dapat bersaing dengan pedagangpedagang<br />
Inggris karena para pedagang Inggris dapat memasarkan kain-kain<br />
Lanchashire dengan harga yang relatif murah. Untuk mengatasi kondisi<br />
tersebut Belanda melaksanakan sistem merkantilisme yakni memungut biaya<br />
yang tinggi terhadap barang-barang yang masuk, dan memungut pajak yang<br />
tinggi pula bagi barang-barang buatan negeri induik yang akan dipasarkan di<br />
daerah koloni serta memonovoli perdagangan pemerintah.<br />
Dalam kondisi yang demikian, di Parlemen Belanda terjadi perbedaan<br />
pandangan antara golongan konservatif dengan golongan liberal. Golongan<br />
konservatif menganggap bahwa eksploitasi yang dijalankan di tanah koloni<br />
sudah sesuai dengan tuntutan situasi, sementara sistem eksploitasi yang<br />
dikonsepkan oleh golongan liberal belum sepenuhnya meyakinkan<br />
pemerintah. Dalam situasi perbedaan pandangan ini, golongan liberal terpecah<br />
menjadi dua, yakni golongan liberal yang masih mempertahankan prinsipprinsip<br />
liberal seperti kebebasan berusaha dan campur tangan yang minimal<br />
dari pihak pemerintah dalam urusan-urusan perseorangan. Di lain sisi,<br />
terdapat sekelompok dari golongan liberal yang menekankan pada prinsipprinsip<br />
humaniter dan menginterpretasikan prinsip liberal sebagai prinsip<br />
memberi keadilan dan perlindungan bagi semua kepentingan. Dalam<br />
menghadapi golongan liberal yang terpecah tersebut, golongan konservatif<br />
dapat meyakinkan pemerintah bahwa sistem kumpeni terbukti dapat<br />
dilaksanakan dan lebih efektif, sementara sistem liberal tidak dapat<br />
dilaksanakan di negeri jajahan karena tidak sesuai dengan situasi dan kondisi<br />
ekonomi lokal.<br />
<br />
<b><i>B. Ketentuan-Ketentuan Tanam Paksa</i></b><br />
<br />
Tanam paksa atau cultuur stelsel adalah peraturan yang dikeluarkan<br />
oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch yang mewajibkan setiap desa<br />
harus menyisihkan sebagian tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor<br />
khususnya kopi, tebu, nila. Hasil tanaman ini akan dijual kepada pemerintah<br />
kolonial dengan harga yang sudah dipastikan dan hasil panen diserahkan<br />
kepada pemerintah kolonial. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah harus<br />
bekerja 75 hari dalam setahun (20%) pada kebun-kebun milik pemerintah<br />
yang menjadi semacam pajak.<br />
Pada prakteknya peraturan itu dapat dikatakan tidak berarti karena<br />
seluruh wilayah pertanian wajib ditanami tanaman laku ekspor dan hasilnya<br />
diserahkan kepada pemerintahan Belanda. Wilayah yang digunakan untuk<br />
praktek cultur stelstel pun tetap dikenakan pajak. Warga yang tidak memiliki<br />
lahan pertanian wajib bekerja selama setahun penuh di lahan pertanian.<br />
Tanam paksa adalah era paling eksploitatif dalam praktek ekonomi<br />
Hindia Belanda. Sistem tanam paksa ini jauh lebih keras dan kejam dibanding<br />
sistem monopoli VOC karena ada sasaran pemasukan penerimaan negara yang<br />
sangat dibutuhkan pemerintah. Petani yang pada jaman VOC wajib menjual<br />
komoditi tertentu pada VOC, kini harus menanam tanaman tertentu dan<br />
sekaligus menjualnya dengan harga yang ditetapkan kepada pemerintah. Aset<br />
tanam paksa inilah yang memberikan sumbangan besar bagi modal pada<br />
zaman keemasan kolonialis liberal Hindia-Belanda pada 1835 hingga 1940.<br />
Akibat sistem yang memakmurkan dan menyejahterakan negeri Belanda ini,<br />
Van den Bosch selaku penggagas dianugerahi gelar Graaf oleh raja Belanda,<br />
pada 25 Desember 1839.<br />
Culturstelsel di Jawa dimulai pada tahun 1836 atas inisiatif seseorang<br />
yang berpengalaman dalam urusan tersebut yaitu Van Den Bosch yang telah<br />
memiliki pengalaman dalam mengelola perkebunan di wilayah kekuasaan<br />
Belanda di Kepulauan Karibia. Tujuan Van Den Bosch yang dijadikan<br />
Gubernur Jenderal adalah “mentransformasikan pulau Jawa menjadi eksportir<br />
besar-besaran dari produk-produk agraria, dengan keuntungan dari<br />
penjualannya terutama mengalir ke keuangan Belanda. Tujuan Van Den<br />
Bosch dengan sistem cultuurstelsel di Jawa itu adalah untuk memproduksi<br />
berbagai komoditi yang menjadi permintaan di pasaran dunia. Untuk<br />
mencapai tujuan tersebut Bosch menganjurkan pembudidayaan berbagai<br />
produk seperti kopi, gula, indigo (nila), tembakau, teh, lada, kayumanis,<br />
jarak, dan lain sebagainya. Persamaan dari semua produk itu adalah bahwa<br />
petani dipaksakan oleh pemerintah kolonial untuk memproduksinya dan<br />
sebab itu tidak dilakukan secara voluter (Fasseur, 1992: 239).<br />
Sedangkan ketentuan-ketentuan pokok dari sistem tanam paksa<br />
sebagaimana tercantum dalam staatsblad tahun 1834 no.22. yang isinya<br />
adalah sebagai berikut.<br />
1. Persetujuan-persetujuan akan diadakan dengan penduduk hal mana mereka<br />
menyediakan sebagian dari tanahnya untuk penanaman tanaman dagangan<br />
yang dapat dijual di pasaran Eropa.<br />
2. Bagian dari tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk tujuan<br />
tersebut tidak diperbolehkan melebihi seperlima dari tanah pertanian yang<br />
dimiliki penduduk desa.<br />
3. Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman dagangan tidak boleh<br />
melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.<br />
4. Bagian dari tanah yang disediakan untuk menanam tanaman dagangan<br />
dibebaskan dari pembayaran pajak tanah.<br />
5. Tanaman dagangan yang dihasilkan di tanah-tanah yang disediakan wajib<br />
diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda, jika nilai-nilai hasil<br />
tanaman dagangan yang ditaksir itu melebihi pajak tanah yang harus<br />
dibayar rakyat, maka selisih positifnya harus diserahkan kepada rakyat.<br />
6. Apabila terjadi gagal panen pada tanaman dagang harus dibebankan kepada<br />
pemerintah, hal tersebut berlaku apabila kegagalan tersebut tidak<br />
disebabkan oleh kekurangrajinan atau ketekunan pada pihak rakyat.<br />
7. Dalam mengerjakan tanah-tanah untuk penanaman tanaman dagang,<br />
penduduk desa diawasi oleh para pemimpin desa mereka, sedangkan<br />
pegawai-pegawai Eropa hanya akan membatasi diri pada pengawasan<br />
apakah pembajakan tanah, panen, dan pengangkutan tanaman-tanaman<br />
berjalan dengan baik dan tepat pada waktunya (Sutjipto, 1977: 76-77).<br />
Jika diamati dari segi isi staatsblad tersebut, maka Sistem Tanam<br />
Paksa tidak begitu memberatkan pada penduduk. Namun demikian dalam<br />
pelaksanaannya ternyata telah mengakibatkan kesengsaraan yang<br />
berkepanjangan kepada rakyat. Dampaknya cukup destruktif menjadikan<br />
rakyat miskin dan tidak teratur hidupnya. Penduduk selalu terbebani oleh<br />
perilaku-perilaku pemimpin-pemimpin mereka yang memaksakan rakyat<br />
untuk taat terhadap nperaturan yang ditetapkannya. Fenomena ini diakibatkan<br />
oleh adanya penyimpangan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam<br />
staatsblad yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Penduduk lebih<br />
banyak mencurahkan perhatian, tenaga, dan waktunya untuk tanaman<br />
berkualitas ekspor, sehinga tidak dapat mengerjakan sawahnya dengan baik,<br />
bahkan dalam suatu waktu tidak dapat mengerjakan sawahnya sama sekali.<br />
<br />
<b><i>C. Pelaksanaan Tanam Paksa</i></b><br />
<br />
Pada tahun 1830 pada saat pemerintah penjajah hampir bangkrut<br />
setelah terlibat perang Jawa terbesar (Perang Diponegoro, 1825-1830), dan<br />
Perang Padri di Sumatera Barat (1821-1837), Gubernur Jenderal Van den<br />
Bosch mendapat izin khusus melaksanakan sistem Tanam Paksa (Cultuur<br />
Stelsel) dengan tujuan utama mengisi kas pemerintahan jajahan yang kosong,<br />
atau menutup defisit anggaran pemerintah penjajahan.<br />
Sistem tanam paksa berangkat dari asumsi bahwa desa-desa di Jawa<br />
berutang sewa tanah kepada pemerintah, yang biasanya diperhitungkan senilai<br />
40% dari hasil panen utama desa yang bersangkutan. Van den Bosch ingin<br />
setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanam komoditi ekspor ke<br />
Eropa (kopi, tebu, dan nila). Penduduk dipaksa untuk menggunakan sebagian<br />
tanah garapan (minimal seperlima luas, 20%) dan menyisihkan sebagian hari<br />
kerja untuk bekerja bagi pemerintah.<br />
Dengan mengikuti tanam paksa, desa akan mampu melunasi utang<br />
pajak tanahnya. Bila pendapatan desa dari penjualan komoditi ekspor itu lebih<br />
banyak daripada pajak tanah yang mesti dibayar, desa itu akan menerima<br />
kelebihannya. Jika kurang, desa tersebut mesti membayar kekurangan tadi dari<br />
sumber-sumber lain. Sistem tanam paksa diperkenalkan secara perlahan sejak<br />
tahun 1830 sampai tahun 1835. Menjelang tahun 1840 sistem ini telah<br />
sepenuhnya berjalan di Jawa. Pemerintah kolonial memobilisasi lahan<br />
pertanian, kerbau, sapi, dan tenaga kerja yang serba gratis. Komoditas kopi,<br />
teh, tembakau, tebu, yang permintaannya di pasar dunia sedang membubung,<br />
dibudidayakan.<br />
Menurut penelitian Prof. Fasseur dari Universitas Leiden, pada tahun<br />
1884 sekitar 75.5 % penduduk Jawa dikerahkan dalam cultuurstelsel atau<br />
tanam paksa. Penduduk di Karesidenan Batavia dan daerah kesultanan di Jawa<br />
Tengah atau Vortsenlanden tidak mengambil bagian dalam sistem tersebut.<br />
Jumlah tersebut kemudian berfluktuasi tetapi tidak turun secara drastis karena<br />
pemerintah Hindia Belanda berusaha mempertahankan eksistensi tanah untuk<br />
tanaman komoditi ekspor. Kemudian pada tahun 1850, umpamanya jumlah<br />
tersebut telah menurun menjadi 46 %, tetapi ditahun 1860 naik lagi menjadi<br />
54.5%. Kendatipun demografi belum muncul pada masa ini, dan data<br />
kependudukan yang diperoleh dari laporan-laporan para pejabat Belanda<br />
sering simpang siur, namun dapat dikatakan bahwa sistem cultuurstelsel ini<br />
jelas-jelas telah mengakibatkan dampak yang destruktif bagi penduduk Jawa.<br />
Luas tanah garapan yang digunakan untuk sistem itu menurut perhitungan,<br />
pada tahun 1840 hanya 6 % saja. Pada tahun 1850 menurun menjadi 4 %, dan<br />
pada tahun 1860 naik lagi sedikit menjadi 4.5 %.<br />
Jenis tanah yang dibutuhkan juga berbeda-beda untuk masing-masing<br />
tanaman. Tebu (untuk gula) memerlukan tanah persawahan yang baik, karena<br />
tebu membutuhkan irigasi yang lancar. Tetapi kopi justru memerlukan tanah<br />
yang agak tandus (woeste gronden). Yang tidak dapat digunakan untuk<br />
persawahan, terutama dilereng-lereng gunung. Indigo membutuhkan daerah<br />
yang padat penduduknya. Pada dasarnya sistem ini membawa perubahan pada<br />
sistem pemilikan tanah. Karena penyelenggaraannya dilakukan per desa, maka<br />
tanah-tanah juga dianggap milik desa, bukan milik perorangan (Fasseur 1992:<br />
28,29).<br />
Prof. Fasseur berhasil membuat kalkulasi mengenai berbagaii<br />
komoditi yang ditanam tahun 1830 dan membawa hasil sekitar tahun 1840<br />
(Fasseur 1993: 34). Dalam waktu sepuluh tahun (1830-1840) semua<br />
karesidenan (18 buah) di Jawa telah terserap dalam sistem ini (kecuali<br />
karesidenan Batavia). Kopi diusahakan mulai dari Banten hingga karesidenan<br />
Basuki. Kopi diusahakan mulai dari Banten hingga karesidenan Basuki di<br />
Jawa Timur. Tetapi produksi kopi terbesar berasall dari karesidenan8<br />
karesidenan Priangan (Jawa Barat), Kedu (Jawa Tengah), Pasuruan dan<br />
Basuki (Jawa Timur).<br />
Dalam jangka waktu yang sama gula telah berhasil diusahakan di 13<br />
karesidenan. Pusatnya terutama di Jawa Timur, yaitu karesidenan-karesidenan<br />
Surabaya, Pasuruan, dan Basuki (dalam tahun 1840 produksi dari wilayah ini<br />
mencapai hampir 65%). Selain itu terdapat gula pula dikaresidenankaresidenan<br />
Japara, Semarang, Pekalongan, dan Tegal (Jawa Tengah) dan<br />
Cirebon (Jawa Barat). Dalam jangka waktu yang sama pula Indigo berhasil<br />
diusahakan dii 11 karesidenan, Tetapi produksi utama berasal dari dua<br />
karesidenan di Jawa Tengah, yaitu Bagelan dan Banyumas, yang<br />
menghasilkan 51%. Juga di Cirebon dan Pekalongan ada diusahakan sedikit<br />
indigo. Tembakau yang diusahakan melalui cultuurstelsel dilakukan di<br />
Karesidenan Rembang dan sekitar Pacitan (Jawa Tengah). Sedangkan<br />
kayumanis diselenggarakan di Karawang (Jawa Barat).<br />
Dalam penyelenggaraan cultuurstelsel pihak Belanda berusaha agar<br />
sedapat mungkin tidak berhubungan langsung dengan petani. Sebab itu<br />
penyelenggaraannya diserahkan kepada para bupati dengan para kepala desa,<br />
dan masyarakat desa sendiri. Kepentingan pemerintah hanya pada hasilnya,<br />
yang dihitung dalam pikol (+ 62 kg) yang diterima oleh gudang-gudang<br />
pemerintah. Selain itu penyelenggaraannya juga bervariasi dari satu tempat<br />
ketempat lain karena pemerintah pusat lebih banyak menyerahkan<br />
penguasannya kepada para pejabat Belanda setempat (para kontrolir) yang<br />
mempunyai motivasi untuk meningkatkan produksi karena mereka<br />
memperoleh “cultuurprocent” prosentase tertentu dari hasil panen. Untuk itu<br />
sampai tahun 1860 dikerahkan tidak kurang 90 orang kontrolir dan sekitar<br />
orang pengawas berkebangsaan Belanda.<br />
Mobilisasi penduduk dilakukan sejalan dengan kebiasaan-kebiasaan<br />
yang berlaku dalam tatanan politik Mataram, yaitu apa yang oleh Belanda<br />
dinamakan “heerendiensten” (Djuliati Suryo, 1993). Yaitu kewajiban rakyat<br />
untuk melakukan berbagai tugas dengan tidak mendapat imbalan bayaran.<br />
Hak ini kemudian beralih pada Belanda yang sejak Perang Diponegoro<br />
dianggap sebagai penguasa, kecuali di Vortsenlanden. “Kapan saja<br />
pemerintahan membutuhkan tenaga rakyat, maka para bupati, sesuai dengan<br />
instruksi yang diberikan pada mereka, harus mengupayakan agar setiap desa<br />
menyediakan tenaga kerja secara adil.” Beberapa jumlah penduduk yang harus<br />
dikerahkan disetiap desa itu diserahkan sepenuhnya pada para bupati. Tetapi<br />
sesuai kebiasaan pula, hanya mereka yang memiliki hak atas penggarapan<br />
tanah (sikep) yang wajib memenuhi panggilan bupati tersebut. Ini pula<br />
sebabnya selama dilaksanakannya cultuurstelsel, diadakan pembagian tanah<br />
bagi penduduk yang tidak memiliki (numpang), sehingga kemudian muncul<br />
sikep-sikep baru yang wajib melaksanakannya “heerendiensten” pula<br />
(Fasseur, 1992: 30).<br />
Tugas petani bukan sekedar menanam, tetapi juga memproses hasil<br />
panennya untuk diserahkan di gudang-gudang pemerintah. Pengangkutannya<br />
ke gudang-gudang tersebut adalah tugas petani pula. Terutama produksi kopi<br />
seluruhnya dalam tangan petani, dalam hal gula muncul pula pabrik-pabrik<br />
guna yang dikelola secara modern dengan modal asing (Fasseur, 1993: 33).<br />
Penduduk mendapat bayaran untuk hasil kerjanya. Tetapi para ahli<br />
sejarah belum bisa memastikan bagaimana pemerintah menentukan tinggi<br />
rendahnya upah itu. Maksud semula Van den Bosch adalah agar upah<br />
disesuaikan dengan fluktuasi harga pasar, namun hal ini dinggap tidak praktis.<br />
Mungkin karena para petani belum memahami kaitan pekerjaan mereka<br />
dengan mekanisme pasar. Menurut penelitian Prof. R. Van Niel dari<br />
Universitas Hawaii, jumlah upah disesuaikan dengan jumlah pajak tanah (land<br />
rent) yang harus dibayar petani. Tetapi sejak semula Van den Bosch<br />
menginginkan agar upah yang diterima petani harus memungkinkan mereka<br />
“menikmatinya” dan itu berarti harus lebih banyak dari hasil pesawahan.<br />
Tetapi kemudian ternyata berbagai faktor lain turut menentukan tinggi<br />
rendahnya upah petani. Masalah kesuburan tanah (sawah untuk tebu) tentu<br />
diperkirakan lebih tinggi pembayaran pajak tanahnya dibandingkan dengan<br />
tanah gersang untuk kopi. Masalah iklim, teknologi yang digunakan, dan lain<br />
sebagainya, turut menentukan tinggi rendahnya upah. Dengan demikian upah<br />
bervariasi, bukan saja untuk masing-masing komoditi tetapi juga dari<br />
karesidenan-karesidenan (Fasseur, 1992 : 42). Contoh yang diberikan oleh<br />
Prof. Fasseur mengenai masalah upah ini diambil dari dua komoditi yang<br />
berbeda, yaitu gula dan indigo (nila).<br />
Dengan demikian salah satu dampak dari cultuurstelsel adalah<br />
masuknya ekonomi uang di pedesaan. Penduduk membayar pajak tanah (land<br />
rent) yang diintroduksi oleh Raffles dengan uang. Kenyataan ini saja sudah<br />
menunjuk adalah perubahan dalam kehidupan pedesaan. Suatu masalah yang<br />
penting pula adalah apa yang dinamakan “cultuur procent” (Fasseur, 1993:<br />
46-50), yaitu jumlah persentase yang diterima para pejabat Belanda maupun<br />
sesuai dengan produksi yang diserahkan pada gudang-gudang pemerintah.<br />
Jumlah itu tidak jarang jauh lebih besar dari gaji yang diterima. Van den<br />
Bosch sengaja menambah hal ini untuk mendorong para pejabat tersebut<br />
bekerja keras. Lagi pula cara itu juga sudah dipakai dalam Preangerstelsel.<br />
Dengan demikian, cara ini sesungguhnya bukan ciptaan Van den Bosch.<br />
“Cultuur procenten” ternyata membawa dampak yang kurang baik<br />
dalam korps kepegawaian Belanda karena menimbulkan perbedaan<br />
pendapatan yang mencolok antara mereka yang terlibat dengan cultuurstelsel<br />
dan yang tidak dan antara mereka yang bekerja di daerah “kurus”. Ketidak<br />
puasan pada pihak pejabat Belanda nampak dari permintaan untuk di<br />
pindahkan ke daerah lain.<br />
Dalam gambaran yang komprehensif, pelaksanaan Sistem Tanam<br />
Paksa mengalami banyak penyimpangan-penyimpangan yang serius.<br />
Penyimpangan pelaksanaan Sistem Tanam Paksa tersebut lebih banyak<br />
diakibatkan oleh adanya cultuur-procenten, sehingga para pengawas tanam<br />
paksa yang menyetorkan tanaman wajib akan mendapatkan imbalan.<br />
Dampaknya, semua pengawas berusaha menyetorkan hasil produksi<br />
sebanyak-banyaknya dengan memeras rakyat. Akhirnya yang menjadi sapi<br />
perahan adalah rakyat yang tidak memiliki otoritas dalam menetapkan hasil<br />
panen tanamannya. Ditambah lagi dengan sikap-sikap para kepala desa yang<br />
lebih sering menjadi kaki tangan pemerintah kolonial, sehingga kebijakannya<br />
seenaknya dalam menetapkan luas lahan penduduk yang akan digunakan<br />
untuk areal penanaman wajib, berapa penduduk yang harus bekerja sebagai<br />
buruh, termasuk menetapkan berapa hasil produksi yang harus dibayar oleh<br />
penduduk.<br />
Ketimpangan yang diwujudkan oleh pelaksanaan politik tanam paksa<br />
ini mulai mendapat perhatian di Belanda, dimana hal ini berhubungan dengan<br />
kemunculan gerakan liberal di negeri induk tersebut. Secara umum mereka<br />
dapat digolongkan ke dalam dua kategori yaitu golongan humanis dan<br />
golongan kapitalis. Golongan humanis mengatakan bahwa Siatem Tanam<br />
Paksa harus segera dihapuskan karena telah banyak menindas dan<br />
menyengsarakan penduduk di tanah jajahan. Dalam terminologinya, padahal<br />
tanah jajahan telah memiliki kontribusi yang sangat besar dalam<br />
menyelamatkan negara dari kebangkrutan. Dengan demikian, perlu<br />
diupayakan perbaikan-perbaikan nasib rakyat tanah jajahan. Sementara<br />
golongan kapitalis beranggapan bahwa Sistem Tanam Paksa tidak<br />
menciptakan kehidupan ekonomi yang sehat. Sistem Tanam Paksa<br />
memperlakukan rakyat tanah jajahan sebagai objek bukannya melibatkannya<br />
dalam kegiatan ekonomi yang menambah ruwetnya sistem perekonomian<br />
Hindia Belanda.<br />
Dalam rangka mengikat para penguasa lokal ini, pemerintah Belanda<br />
tidak hanya mengembalikan kekuasaan mereka saja, melainkan juga<br />
meningkatkan prestise mereka dengan gaji berupa tanah yang akan memberi<br />
mereka tenaga kerja dan penghasilan lain yang dihasilkannya. Di samping itu,<br />
Van Den Bosch menerapkan sistem prosentase yakni hadiah bagi petugas<br />
yang berhasil menyerahkan hasil tanaman yang melebihi dari yang ditentukan.<br />
Namun yang menjadi permasalahan lanjut adalah bahwa kebijakan tersebut<br />
menjadi sember dan ladang korupsi serta penyelewengan-penyelewengan<br />
yang merugikan rakyat. Sistem prosentase dianggap sebagai legalisasi<br />
pemerintah kolonial terhadap segala bentuk pemerasan seperti luas tanah yang<br />
diusahakan pemerintah tidak terbatas, wajib kerja penduduk melebihi<br />
ketentuan yang telah ditetapkan, tanaman wajib, pajak-pajak, dan kerja wajib<br />
tidak dihapus. Sementara hasil dari kebijakan cultuur stelsel sangat<br />
memuaskan dan menguntungkan pemerintah Belanda.(Kartodirdjo, 1990: 15).<br />
Pada tahun 1848, Sistem Tanam Paksa mendapat kritikan melalui<br />
perdebatan di Parlemen Belanda. Perdebatan terjadi antara golongan liberal<br />
dengan golongan konservatif, seputar evaluasi penerapan sistem tanam paksa<br />
di Hindia Belanda. Kaum liberal berkeyakinan bahwa tanah jajahan akan<br />
memberikan keuntungan kepada negeri induk apabila masalah-masalah<br />
perekonomian diserahkan kepada pihak swasta. Dengan demikian, pemerintah<br />
kolonial hanya memungut pajan dan mengawasi jalannya pemerintahan.<br />
Pemerintah tidak perlu campur tangan dalam urusan perdagangan hasil bumi<br />
di tanah jajahan. Berbeda dengan kaum liberal, kaum konservatif tetap<br />
berkeyakinan bahwa tanah jajahan akan memberikan keuntungan kepada<br />
negeri induk apabila urusan ekonomi ditangani langsung oleh pemerintah.<br />
Pemerintah harus campur tangan dalam pemungutan hasil bumi di tanah<br />
jajahan. Bagi kaum konservatif, Hindia Belanda dianggap belum siap untuk<br />
menerima kebijakan politik liberal. Dari perdebatan kedua golongan tersebut,<br />
golongan liberal menang dan dapat meluruskan sistem pemerintahan di tanah<br />
koloni. Dua orang sebagai pembela nasib penduduk koloni adalah Douwes<br />
Dekker dan Baron Van Hoevell. Dalam mkaryanya yang berjudul “Max<br />
Havelar”, Douwes Dekker membentangkan kekejaman sisten tanam paksa.<br />
Sementara Fransen Van Der Putte juga menulis Zuker Contracten, yang juga<br />
banyak mengkritik ketidakadilan dalam sistem tanam paksa.<br />
Berkat kecaman dan kegigihan kaum liberal tersebut, maka<br />
pemerintah Hindia Belanda menghapuskan sistem tanam paksa, melainkan<br />
tidak sekaligus melainkan secara bertahap atau berangsur-angsur. Proses<br />
penghapusan sistem tanam paksa secara bertahap yakni: pertama kali<br />
penghapusan sistem tanam paksa lada pada tahun 1860. Penghapusan tanam<br />
paksa untuk eh dan nila pada tahun 1865, dan pada tahun 1870 hampir semua<br />
jenis tanaman paksa sudah dihapuskan, kecuali tanaman paksa kopi di<br />
priangan.<br />
<br />
<b><i>D. Cultur Stelsel Di Luar Jawa</i></b><br />
<br />
Selain di Jawa, cultuur stelsel juga dijalankan di luar Pulau Jawa<br />
meskipun dalam skala yang tidak sebanding dengan di pulau Jawa. Sejak<br />
tahun 1822 di Minahasa telah dilaksanakan cultuur stelsel untuk tanaman<br />
kopi. Sistem tanam paksa di daerah ini berlangsung cukup lama, sampai<br />
dihapuskannya pada tahun 1899. Sementara di Sumatera Barat pada tahun<br />
1847 pasca Perang Padri, juga diselengarakan cultuur stelsell untuk tanaman<br />
kopi yang baru dihapus pada tahun 1908. Sedangkan di Madura juga<br />
dijalankan cultuur stelsel untuk tanaman tembakau. Di samping itu, di Maluku<br />
juga sistem ini dijalankan bahkan sejak masa VOC, yakni untuk tanaman<br />
cengkeh di Kepulauan Ambon, dan pala di kepulauan Banda. Sistem tanam<br />
paksa di kepulauan Maluku ini baru dihapuskan pada tahun 1860. Dengan<br />
demikian, meskipun secara umum dikatakan bahwa sistem tanam paksa<br />
berlangsung dari tahun 1830-1870, tetapi dalam praktek yang sesungguhnya<br />
bahwa sistem tersebut telah berlangsung jauh sebelum tahun 1830, dan<br />
berakhir secara total pada awal abad ke-20. Ini dapat dijadikan referensi baru<br />
bahwa melihat sejarah tanam paksa harus ditampilkan secara utuh mengingat<br />
kompleksnya kajian sistem ini baik secara makro maupun mikro.<br />
Pada masa VOC, Minahasa telah terkait dengan pola-pola pelayaran<br />
niaga VOC yakni sebagai daerah pemasok beras. Kewajiban sebagai pemasok<br />
beras ini beru dihentikan pada tahun 1852. Sementara itu di daerah ini<br />
pemerintah Hindia Belanda telah menerapkan sistem tanam paksa semenjak<br />
tahun 1822. Daerah yang paling cocok untuk budi daya kopi waktu itu adalah<br />
di Dataran Tinggi Tondano yang sesuai dengan ekologi kopi. Wilayah<br />
tersebut merupakan bagian dari Minahasa yang penduduknya tergolong padat.<br />
Dengan potensi tenaga kerja yang banyak di wilayah ini, maka sangat<br />
memungkinkan untuk dilakukan mobilisasi tenaga kerja secara tradisional<br />
baik yang diperlukan untuk penanaman kopi itu sendiri, maupun untuk<br />
membangun prasarananya. Tanaman kopi lebih banyak dibudidayakan di<br />
distrik Romboken dan meluas ke distrik-distrik sekitarnya seperti Tomohon,<br />
Kawanokoan, dan Sonder (Schouten, 1993: 51-72).<br />
Untuk pembudidayaan kopi, lahan-lahan yang dimanfaatkan adalah<br />
tanah kalekeran, yaitu suatu tanah milik distrik yang kosong dan tidak digarap<br />
oleh penduduk karena keadaan tanahnya kurang baik untuk kebun atau<br />
persawahan. Pembukaan lahan-lahan kalekeran ini sangat memberatkan<br />
penduduk karena letaknya yang cukup jauh dari tempat tinggal mereka. Dalam<br />
hal lain upah yang diberikan juga tidak mencukupi untuk kebutuhan mereka.<br />
Setiap pikol pemerintah Belanda hanya membayar f 10, padahal setiap<br />
keluarga hanya dapat menghasilkan satu pikol belum lagi dengan adanya<br />
kecurangan-kecurangan yang dijalankan oleh para petugas lapangan dalam<br />
menimbang kopi. Dalam hal lain, penduduk juga dibebani oleh biaya<br />
pengangkutan, dimana pengangkutan kopi ke gudang-gudang pemerintah<br />
yang berada di wilayah pantai cukup jauh, padahal mereka harus dengan<br />
memikulnya. Baru sejak tahun 1851 pemerintah membuka gudang-gudang di<br />
daerah pegunungan, sehingga pekerjaan penduduk menjadi lebih ringan.<br />
Sedangkan pengangkutan dari gudang-gudang pegunungan ke gudang-gudang<br />
di daerah pantai dilakuna oleh para pekerja yang diberi upah (Leirissa, 1996:<br />
62).<br />
Namun demikian, dalam rangka memperlancar proses pengangkutan<br />
kopi, penduduk tetap terbebani untuk membangun prasarana yang terkikat<br />
secara tradisional. Maka semenjak tahun 1851 jalan-jalan dan jembatan<br />
penghubung daerah pegunungan dengan daerah pantai mulai dibangun. Dalam<br />
pelaksanaannya, penduduk diharuskan bekerja secara bergiliran dan sukarela<br />
tanpa upah. Sehingga sewaktu-waktu, mereka harus siap dipanggil untuk<br />
bekerja dalam pembuatan sarana dan prasarana. Pada umumnya mereka<br />
dipimpin oleh pemimpin tradisional mereka yaitu para kepala walak yang<br />
memiliki otoritas tradisional untuk memerintah setiap warga yang berada di<br />
bawah pimpinannya. Pekerjaan tersebut seringkali membawa kesengsaraan<br />
kepada rakyat karena letak proyek-proyek tersebut jauh dari desa tempat<br />
tinggal mereka, atau dapat pula pada lokasi-lokasi yang sangat sulit, sehingga<br />
mengancam keselamatannya. Pekerjaan unum tersebut juga sangat<br />
membebankan dan memberatkan karena pada suatu ketika penduduk harus<br />
memanen tanaman untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, mereka dapat<br />
panggilan untuk kerja bakti membangun sarana umum tersebut.<br />
Jika dibandingkan dengan kopi Jawa, baik dari segi ekonomi maupun<br />
kualitas, hasilnya tidak terlalu rendah. Bahkan banyak para pejabat Belanda<br />
yang secara langsung mengakui bahwa Kopi Menado jauh lebih baik<br />
ketimbang Kopi Padang. Malahan pada bagian kedua abad ke-19 Kopi<br />
Menado sempat mengungguli Kopi Jawa. Namun demikian dari segi<br />
kuantitas, produksi Minahasa jauh lebih rendah dibanding Kopi Padang yang<br />
rata-rata menghasilkan 191.000 pikul setiap tahun. Sedangkan Kopi Jawa<br />
lebih benyak lagi yakni dapat mencapai 2 juta pikul setiap tahunnya. Namun<br />
demikian, Minahasa telah memiliki sejarah sosial yang cukup berperan dalam<br />
pengayaan sejarah nasional, terutama masa diterapkannya sistem tanam paksa.<br />
Semenjak tahun 1820 hingga tahun 1840, di Minangkabau kopi telah<br />
dibudidaya secara perorangan sebelum diberlakukannya cultuur stelsel.<br />
Sebagaimana halnya di Minahasa, di Minangkabau juga penanaman kopi<br />
dilakukan di daerah-daerah pegunungan. Lahan-lahan yang dipakai juga<br />
dalam kategori lahan tidur yang kurang produktif untuk pertanian lain. Karena<br />
sebagian besar kopi ditanam di daerah daerah pegunungan terutama lahanlahan<br />
yang berada dalam kawasan hutan, maka kopi Minangkabau lebih<br />
sering dekenal sebagai “kopi hutan”. Seperti halnya di Minahasa, di<br />
Minangkabau juga penduduk dibebani dengan kerja tanpa upah untuk<br />
membangun sarana-sarana terutama jalan-jalan dan jembatan untuk keperluan<br />
pengangkutan kopi dari daerah pegunungan ke Padang. Sementara para<br />
pemimpin tradisional yang bertugas menggerakkan penduduk adalah para<br />
penghulu, sehingga dengan ikatan tradisional tersebut penduduk patuh pada<br />
atasannya.<br />
Dalam penelitian Prof. Kenneth Young, disimpulkan beberapa<br />
penyebab atau faktor pendorong keberhasilan budi daya tanam kopi di<br />
Minangkabau. Pertama adalah kebijakan mengenai pemberian upah yang<br />
tidak membingungkan para petani, karena telah diatur dengan jelas. Harga per<br />
pikul ditetapkan f 20 atau sekitar 32 sen per kg, dan setelah dipotong berbagai<br />
ongkos yang harus dibayar, petani menerima f 4 per pikul atau 5 sen per kg.<br />
Kedua tersedianya tenaga kerja yang cukup banyak yang dapat dikerahkan<br />
untuk keperluan penerapan budibaya tanam kopi tersebut. Ketiga adalah<br />
adanya tradisi dagang yang telah tertanam dan menjiwai masyarakat<br />
Minangkabau yang menyebabkan orang terdorong untuk menjalankan<br />
pekerjaan yang menghasilkan uang (Young, 1988: 136-164).<br />
Young dalam penelitiannya juga menyimpulkan sebab-sebab<br />
kegagalan dari penerapan sistem ini. Pertama adalah habisnya lahan pertanian<br />
yang cocok untuk budi daya kopi sehingga tidak dapat dilakukan ekspansi<br />
secara terus menerus. Kedua adalah munculnya penyakit tanaman kopi yang<br />
sulit untuk di atasi, sehingga produksi semakin berkurang. Ketiga Perang<br />
Aceh yang berlangsung relatif lama sehingga banyak menguras perhatian<br />
pemerintah Belanda untuk menanganinya, sementara budidaya kopi menjadi<br />
kurang diperhatikan. Keempat adalah cara-cara pengelolaan yang kurang baik<br />
karena terbiasa dengan pola budidaya perseorangan yang telah berlangsung<br />
sebelum cultuur stelsel diterapkan.<br />
E. Kritik Terhadap Tanam Paksa<br />
Pada tahun 1830 pada saat pemerintah penjajah hampir bangkrut<br />
setelah terlibat perang Jawa terbesar (Perang Diponegoro, 1825-1830), dan<br />
Perang Padri di Sumatera Barat (1821-1837), Gubernur Jenderal Van den<br />
Bosch mendapat izin khusus melaksanakan sistem Tanam Paksa (Cultuur<br />
Stelsel) dengan tujuan utama mengisi kas pemerintahan jajahan yang kosong,<br />
atau menutup defisit anggaran pemerintah penjajahan.<br />
Sistem tanam paksa berangkat dari asumsi bahwa desa-desa di Jawa<br />
berutang sewa tanah kepada pemerintah, yang biasanya diperhitungkan senilai<br />
40% dari hasil panen utama desa yang bersangkutan. Van den Bosch ingin<br />
setiap desa menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanam komoditi ekspor ke<br />
Eropa (kopi, tebu, dan nila). Penduduk dipaksa untuk menggunakan sebagian<br />
tanah garapan (minimal seperlima luas, 20%) dan menyisihkan sebagian hari<br />
kerja untuk bekerja bagi pemerintah.<br />
Dengan mengikuti tanam paksa, desa akan mampu melunasi utang<br />
pajak tanahnya. Bila pendapatan desa dari penjualan komoditi ekspor itu lebih<br />
banyak daripada pajak tanah yang mesti dibayar, desa itu akan menerima<br />
kelebihannya. Jika kurang, desa tersebut mesti membayar kekurangan tadi dari<br />
sumber-sumber lain. Sistem tanam paksa diperkenalkan secara perlahan sejak<br />
tahun 1830 sampai tahun 1835. Menjelang tahun 1840 sistem ini telah<br />
sepenuhnya berjalan di Jawa. Pemerintah kolonial memobilisasi lahan<br />
pertanian, kerbau, sapi, dan tenaga kerja yang serba gratis. Komoditas kopi,<br />
teh, tembakau, tebu, yang permintaannya di pasar dunia sedang membubung,<br />
dibudidayakan.<br />
Bagi pemerintah kolonial Hindia Belanda, sistem ini berhasil luar<br />
biasa. Karena antara 1831-1871 Batavia tidak hanya bisa membangun sendiri,<br />
melainkan punya hasil bersih 823 juta gulden untuk kas di Kerajaan Belanda.<br />
Umumnya, lebih dari 30 persen anggaran belanja kerajaan berasal kiriman<br />
dari Batavia. Pada 1860-an, 72% penerimaan Kerajaan Belanda disumbang<br />
dari Oost Indische atau Hindia Belanda. Langsung atau tidak langsung,<br />
Batavia menjadi sumber modal. Misalnya, membiayai kereta api nasional<br />
Belanda yang serba mewah. Kas kerajaan Belanda pun mengalami surplus.<br />
Badan operasi sistem tanam paksa Nederlandsche Handels<br />
Maatchappij (NHM) merupakan reinkarnasi VOC yang telah bangkrut.<br />
Akibat tanam paksa ini, produksi beras semakin berkurang, dan harganya pun<br />
melambung. Pada tahun 1843, muncul bencana kelaparan di Cirebon, Jawa<br />
Barat. Kelaparan juga melanda Jawa Tengah, tahun 1850. Sistem tanam paksa<br />
yang kejam ini, setelah mendapat protes keras dari berbagai kalangan di<br />
Belanda, akhirnya dihapus pada tahun 1870, meskipun untuk tanaman kopi<br />
diluar Jawa masih terus berlangsung sampai 1915.<br />
Cultuurstelsel ternyata membawa keuntungan yang sangat besar bagi<br />
para pemegang saham Nederlandsche Handel-Maatschappij dan tentunya juga<br />
raja Belanda- di negeri Belanda, Pemerintah Belanda serta pemerintah India<br />
Belanda. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan ekspor dari India-Belanda,<br />
terutama ke Eropa. Ekspor tahun 1830 hanya berjumlah 13 juta gulden, dan<br />
tahun 1840 ekspor meningkat menjadi 74 juta gulden. Penjualan hasil bumi<br />
tersebut dilakukan oleh NHM; keuntungan yang masuk ke kas Belanda -antara<br />
1830 sampai 1840- setiap tahun sekitar 18 juta gulden, ini adalah sepertiga<br />
dari anggaran belanja Pemerintah Belanda.<br />
Seorang mahasiswi Belanda, Annemare van Bodegom, pada tahun<br />
1996 mengadakan penelitian untuk menyusun skripsinya. Ia menyoroti<br />
periode antara 1830 –awal diterapkannya cultuurstelsel oleh Gubernur<br />
Jenderal Johannes Graaf van den Bosch (1830-1833)- sampai tahun 1877.<br />
Keuntungan yang diraup Belanda –yang dinamakan batig slot atau surplus<br />
akhir- mencapai 850 juta gulden, yang antara lain digunakan untuk membiayai<br />
pembangunan infrastruktur di Belanda seperti jalan kereta api, saluran air dll.<br />
Di sisi lain, cultuurstelsel ini membawa kesengsaraan dan bahkan kematian<br />
rakyat yang dijajah. Antara tahun 1849-1850 saja, tercatat lebih dari 140.000<br />
orang pribumi meninggal sebagai akibat kerja dan tanam paksa. Apabila nilai<br />
850 juta gulden dihitung dengan indeks tahun 1992, maka nilainya setara<br />
dengan 15,4 milyar gulden. Tak dapat dibayangkan, berapa keuntungan yang<br />
diraup oleh Belanda dari Indonesia antara 1602-1942 apabila dihitung dengan<br />
indeks tahun 2002.<br />
Di atas kertas, teori Cultuurstelsel memang tidak terlalu<br />
memembebani rakyat, namun dalam pelaksanaannya, Cultuurstelsel yang<br />
sangat menguntungkan Belanda, terbukti sangat merugikan petani terutama di<br />
Jawa dan mengakibatkan kesengsaraan dan kematian bagi rakyat banyak,<br />
sehingga cultuurstelsel tersebut lebih dikenal sebagai sistem tanam paksa,<br />
karena petani diharuskan menanam komoditi yang sangat diminati dan mahal<br />
di pasar Eropa, yang mengakibatkan merosotnya hasil tanaman pangan<br />
sehingga di beberapa daerah timbul kelaparan, seperti yang terjadi di Cirebon<br />
tahun 1844, di Demak tahun 1848 dan di Grobogan tahun 1849.<br />
Sejak 1840, selama 60 tahun berikutnya nilai ekspor dari India-<br />
Belanda ke Belanda meningkat 10 kali lipat, dari 107 juta gulden menjadi 1,16<br />
milyar gulden. Selama kurun waktu itu, juga terjadi perubahan komoditi<br />
ekspor; selain kopi, teh, gula dan tembakau, yang masih terus diekspor, kini<br />
ekspor bahan baku untuk industri seperti karet, timah dan minyak, menjadi<br />
lebih dominan. Seiring dengan perkembangan ekspor dan jenis ekspor, titik<br />
berat perkebunan pindah ke Sumatera Timur, di mana didirkan perkebunanperkebunan<br />
besar, terutama untuk tembakau dan karet.<br />
Selain monopoly perdagangan komoditi “normal”, ternyata Belanda<br />
juga memperoleh keuntungan besar dari perdagangan opium (candu), yang<br />
kemudian juga dimonopoli oleh VOC dan penerusnya, Pemerintah India-<br />
Belanda. Semula impor opium dari Bengali pada tahun 1602 hanya sebanyak<br />
satu setengah peti, meningkat menjadi 2.000 peti pada tahun 1742.<br />
Keuntungan per peti dapat mencapai 1.800 sampai 2.000 gulden, dan agar<br />
penjualannya terjamin, Belanda juga mendorong pribumi untuk<br />
mengkonsumsi opium. Pada akhir abad 19, Konsulat Belanda di Singapura<br />
melaporkan, ekspor candu dari Bengali ke India-Belanda mencapai hampir<br />
3.700 peti.<br />
Ewald van Vugd, seorang wartawan dan penerbit berkebangsaan<br />
Belanda, pada 1985 menyoroti politik perdagangan opium Belanda yang<br />
dipaparkan dalam bukunya Wetig Opium. Menurut van Vugt, candu mulai<br />
menjadi sumber penghasilan utama Belanda sejak tahun 1743. Antara tahun<br />
1848-1866, laba perdagangan candu mencapai 155,9 juta gulden, yakni 8,2 %<br />
pemasukan total dari tanah jajahan, dan kontribusi pemasukan dari jajahan<br />
Belanda terhadap seluruh anggaran Belanda sebesar 12,5%! Antara tahun<br />
1860-1915, laba candu meningkat 15 persen per tahun. Laba candu antara<br />
1904-1940 sebesar 465 juta gulden! Tak heran apabila van Vugt tahun 1988<br />
menerbitkan buku dengan judul yang menggemparkan, yaitu Het dubbele<br />
Gezicht van de Koloniaal (wajah ganda dari penjajahan), yang memuat sisi<br />
negatif penjajahan Belanda, seperti pedagangan candu, perdagangan budak,<br />
kerja paksa, kekerasan senjata dll.<br />
Demikianlah wajah penjajahan Belanda waktu itu, demi keuntungan<br />
materi untuk para tuan besar, mereka mengorbankan rakyat di jajahan mereka,<br />
bahkan secara sistematis merusak mental dan kesehatan rakyat dengan<br />
menganjurkan untuk mengisap candu. Tidaklah mengherankan apabila<br />
sekarang keluarga kerajaan Belanda termasuk keluarga paling kaya di dunia<br />
dan Belanda termasuk salah satu negara termakmur di Eropa Barat, berkat<br />
perdagangan budak, perdagangan candu, tanam paksa dan berbagai praktek<br />
pelanggaran HAM. Hal-hal yang sangat tidak manusiawi seperti ini, telah<br />
menggerakkan hati beberapa orang Belanda yang humanis, seperti Eduard<br />
Douwes Dekker, yang kemudian melancarkan kritik terhadap politik<br />
Pemerintah India-Belanda melalui berbagai tulisan, juga dalam bentuk roman<br />
dengan nama “Max Havelaar”, yang ditulis pada tahun 19860.<br />
Namun kritikan yang dilontarkan tersebut tidak menyurutkan<br />
Pemerintah Kolonial Belanda untuk membuat berbagai peraturan untuk<br />
menakut-nakuti rakyat jajahannya yang berniat membangkang. Pada tahun<br />
1880 diberlakukan peraturan yang dinamakan Poenale Sanctie, yaitu peraturan<br />
yang memuat ancaman hukuman badan (kurungan dan pukulan) bagi kuli-kuli<br />
yang melanggar peraturan kerja. Tujuan utama Poenale Sanctie adalah<br />
menjamin tenaga buruh bagi majikan, juga membatasi kemerdekaan buruh<br />
untuk meninggalkan perkebunan tempat bekerja. Mohammad Hatta menunjuk<br />
buku tulisan H.F. Tillema yang berjudul “Kromo Belanda” yang berisi<br />
keluhan dan pengaduan tentang bagaimana Pemerintah Belanda melalaikan<br />
kesehatan rakyat. Hatta menunjukkan keadaan buruk di kalangan buruh,<br />
misalnya bahwa seorang kuli (buruh) di Sumatera dipaksa bekerja dengan<br />
kekerasan dan diperlakukan sewenang-wenang oleh majikan Belanda.<br />
Pukulan-pukulan dengan rotan, penahanan melawan hukum, penelanjangan<br />
buruh yang dianggap salah oleh majikan merupakan kebiasaan pada waktu<br />
itu.<br />
Poenale Sanctie yang kejam dan tidak berperikemanusiaan menambah<br />
kesengsaraan rakyat Indonesia, dan memperpanjang daftar pelanggaran HAM<br />
oleh Belanda, serta meningkatkan kemarahan dan kebencian di kalangan<br />
bangsa Indonesia. Pers dan para pemimpin bangsa Indonesia mengecam<br />
Poenale Sanctie ini. Setelah gencar kritik dan kecaman di negeri Belanda<br />
sendiri, baru pada tahun 1924 Majelis Rendah Belanda mengajukan protes<br />
atas Poenale Sanctie tersebut, namun Poenale Sanctie baru dicabut tahun<br />
1941, ketika Perang Dunia di Eropa telah dimulai dan ancaman Jepang di Asia<br />
telah di depan mata.<br />
<br />
P E N U T U P<br />
<br />
Tidak salah lagi Sistem Tanam Paksa yang diterapkan di Hindia<br />
Belanda telah mendatangkan perubahan sosial masyarakat baik secara makro<br />
maupun mikro. Pada pokoknya, Sistem Tanam Paksa merupakan<br />
penghisapan dan pemerasan secara brutal yang dikelola oleh orang-orang yang<br />
tamak dan haus akan kekuasaan, yang nilai-nilainya dibentuk oleh<br />
latarbelakang kebudayaan masing-masing. Sistem Tanam Paksa menjalankan<br />
suatu tipu muslihat pada lingkungan sosio-ekonomi secara lebih canggih dan<br />
rumit. Dalam membahas Sistem Tanam paksa, akan lebih komprehensif<br />
apabila dikaji tidak secara tradisional, agar berbagai aspek yang menyertai<br />
dilaksanakannya sistem dapat teungkap. Karena jika tidak, maka gambaran<br />
utuh dari sistem ini tidak akan ditemukan. Namun demikian secara riil adalah<br />
tidak dapat diabaikan bahwa pelaksanaan Sistem Tanam Paksa<br />
mengkondisikan hal-hal sebagai berikut.<br />
Pertama, Adanya pembentukan modal. Aspek ini tidak dapat<br />
disangkal oleh peneliti manapun bahwa pelaksanaan Sistem Tanam Paksa<br />
telah menimbulkan permodalan di Hindia Belanda. Pembentukan modal yang<br />
merupakan aspek dari sejarah kolonial yang terutama melibatkan orang-orang<br />
Eropa dan Cina, ketimbang bangsa Indonesia sendiri, bahwa modal<br />
perusahaan di Eropalah yang menyebabkab terpecah-pecahnya Sistem Tanam<br />
Paksa yang diawasi oleh pemerintah itu. Pembentukan modal yang utama,<br />
yang bedampak pada meluasnya tanam paksa di Jawa, terjadi di Jawa sendiri,<br />
dan kondisi tersebut terjadi selama berjalannya Sistem Tanam Paksa dan<br />
merupakan bagian dari Sistem Tanam Paksa tersebut.<br />
Kedua adanya tenaga buruh yang murah yang menandai kehidupan di<br />
Jawa yang telah lama berlangsung jauh sebelum Sistem Tanam Paksa<br />
diterapkan. Rakyat kelas bawah sudah menjadi tradisi bekerja wajib untuk<br />
para pemimpin tradisional yang memiliki otoritas tradisional sebagai<br />
pemimpin dalam masyarkatnya. Hubungan-hubungan ketergantungan di<br />
samping adanya perbudakan dalam kebanyakan hal, merupakan kunci yang<br />
menentukan dari perbedaan-perbedaan sosial dalam masyarakat.<br />
Ketiga ekonomi pedesaan yang berubah selama penerapan Sistem<br />
Tanam Paksa dan sesudahnya. Struktur politik dan ekonomi pedesaan yang<br />
selama abad ke-19 menunjukkan kenyataan-kenyataan sosial-ekonomi dari<br />
kehidupan orang-orang Jawa, dengan mengubah hasil panen dan tenaga buruh<br />
yang murah menjadi pengaturan fungsional. Desa-desa merupakan sumber<br />
dari mana tenaga buruh dan hasil pertanian ditarik, walaupun hanya dari<br />
beberapa penduduk desa. Pada awal abad ke-19, golongan atas di pedesaan<br />
Jawa menjadi lebih kuat karena penunjukkan tugas-tugas dan kewenangankewenangan<br />
baru yang memungkinkan para kepala desa dan para kroninya<br />
yang memiliki otoritas atas pengawasan lahan, tenaga buruh dan hasil<br />
pertanian sampai ke tingkat yang lebih besar daripada yang yang pernah<br />
terjadi sebelumnya.<br />
<br />
<i><b>KEPUSTAKAAN</b></i><br />
<br />
Anne Booth, William J.O’Malley, Anna Weidemann (ed), 1988. Sejarah<br />
Ekonomis Indonesia. Jakarta: LP3ES.<br />
23<br />
Ardiansyah, Syamsul. Cultuur Procenteen.<br />
Hutagalung, B.R., Batig Sloot dari Cultuurstelsel. Monopoli Perdagangan<br />
Opium oleh Pemerintah India-Belanda.<br />
Robert Van Niel, 1992. Java Under the Cultivation System: Collected<br />
Writings. Leiden: KITLV Press.<br />
R.E. Elson, 1978. The Cultivation System and ‘Agricultural Involution’.<br />
Melbourne: Monash University.<br />
C. Fasseur, 1975. Kultuurstelsel en Koloniale Baten: De Nederlandse<br />
Exploitatie Van Java 1840-1860. Leiden: University Press.<br />
Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.<br />
Tentang Penulis<br />
Zulkarnain. Lahir di sumbawa Besar, 9 Agustus 1974. Menamatkan<br />
Pendidikan S2 Pendidikan sejarah Univ.Jakarta. Saat ini berprofesi sebagai<br />
tenaga pengajaran di Program Studi Pendidikan Sejarah FISE Universitas<br />
Negeri Yogyakarta dan mengampu mata kuliah Sejarah Ketatanegaraan.<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08621423621816858561noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6948902729228443466.post-87888690348171048212013-05-01T03:54:00.000-07:002013-05-02T22:21:27.585-07:00SEJARAH INDONESIA BARU<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="color: blue;">PERGANTIAN KEKUASAAN DI INDONESIA</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: blue;">TAHUN 1800</span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: blue;">A. Kardiyat Wiharyanto</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">A. Pendahuluan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Masa penjajahan Belanda di Indonesia dapat dibagi dalam dua</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">periode yaitu periode tahun 1602 sampai 1799, dan periode tahun 1800</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sampai 1942. Periode pertama yaitu antara tahun 1602 sampai 1799,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia di bawah persekutuan dagang Belanda. Persekutuan dagang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">itu dibentuk tahun 1602, dan merupakan hasil penyatuan atau merger</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">beberapa serikat dagang di Belanda. Serikat dagang ini bernama</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kepada serikat dagang ini, pemerintah Belanda memberikan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">hak-hak istimewa. Hak istimewa tersebut antara lain hak monopoli</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan, hak mencetak uang sendiri, hak mengumumkan perang,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan hak untuk membuat perjanjian dengan penguasa lain. Dengan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">status seperti sebuah negara ini, VOC memiliki otonomi sendiri untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">bertindak. Untuk mendukung otonomi tersebut, VOC dilengkapi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan pasukan bersenjata.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Di Indonesia, VOC pertama kali berpusat di Ambon. Gubernur</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Jenderal pertamanya adalah Pieter Both. Di bawah kepemimpinannya,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC berhasil menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Namun, itu belum cukup bagi VOC sebab Malaka sebagai pusat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan di Asia Tenggara masih dikuasai Portugis. Oleh karena itu,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">untuk menyingkirkan Portugis, Pieter Both merasa perlu memindahkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pusat kegiatan VOC dari Ambon ke Jayakarta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Ketika itu Jayakarta dikuasai Banten. Jayakarta dipilih karena</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Portugis telah mendirikan kantor perdagangannya di sana. Selain itu,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">letaknya strategis di jalur perdagangan Asia. Setelah mendapat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">persetujuan dari Pangeran Jayakarta, VOC mendirikan kantor</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dagangnya di Jayakarta. Mereka juga mendirikan benteng bernama</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Batavia. Perpindahan pusat VOC ke Jayakarta terjadi pada masa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kehadiran VOC di Jayakarta tentu membawa akibat persaingan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">antara VOC dan Portugis. Namun dengan kelicikannya, VOC berhasil</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mempengaruhi penguasa Banten untuk mencabut hak dagang Portugis</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Drs. A.K. Wiharyanto, M.M., adalah dosen tetap pada Program Studi Pendidikan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sejarah, FKIP - Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">di wilayahnya. Sejak tanggal 31 Mei 1619, VOC memperoleh hak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">monopoli penuh atas Jayakarta. Sejak saat itu pula nama Jayakarta</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">diganti Batavia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dari Batavia, VOC terus memperluas pengaruhnya ke wilayah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">lain di Indonesia. Dengan kelicikan dan kekuatan militernya, VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">akhirnya menjadi satu-satunya serikat dagang Eropa yang bisa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menguasai hampir seluruh wilayah nusantara. Perluasan pengaruh</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">politik VOC umumnya dilakukan dengan perjanjian-perjanjian yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mengikat. Perjanjian ini dicapai setelah ada konflik, yaitu antara VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan penguasa setempat, antarpenguasa (salah satu penguasa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kemudian minta bantuan VOC), atau antara VOC dengan serikat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dagang Eropa lainnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sejak menguasai perdagangan di Indonesia, sebenarnya VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terus menerus menghadapi perlawanan dari rakyat. Perlawanan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pertama dilakukan oleh Sultan Agung dari Mataram, kemudian Sultan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hasanudin dari Makasar, Sultan Ageng dari Banten, Untung Suropati,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Trunojoyo, Raden Mas Said, dan Pangeran Mangkubumi. Akibatnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">beban VOC dari waktu ke waktu bertambah berat, sehingga tidak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mampu lagi menjalankan pemerintahannya di Indonesia. Akhirnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sekitar tahun 1800 terjadi peralihan kekuasaan dari VOC ke pemerintah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hindia Belanda. Untuk mengetahui sekitar pergantian kekuasaan di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia tahun 1800, maka pada bagian berikut akan dibahas tentang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">latar belakang terjadinya pergantian kekuasaan, dan kondisi Indonesia</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">setelah terjadi pergantian kekuasaan tahun 1800.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">B. Latar Belakang Terjadinya Pergantian Kekuasaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Seperti diungkapkan di atas bahwa bangsa Belanda datang ke</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia untuk berniaga. Mula-mula terdapat beberapa kongsi dagang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang menyediakan kapal-kapal, akan tetapi dalam tahun 1602 telah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">didirikan suatu Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yaitu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">gabungan kongsi-kongsi dagang yang berlayar ke Indonesia atau</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kongsi Dagang India Timur.1 Tujuan pokoknya adalah mencari untung</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang sebesar-besarnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Setelah berjalan lebih dari satu setengah abad, ternyata</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">keuntungan yang diperoleh semakin kecil , kasnya semakin menipis,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sedang anggaran belanja VOC semakin besar. Keadaan tersebut tidak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">semakin bertambah baik tetapi justru semakin merosot. Itulah sebabnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1 Prajudi Atmosudirdjo, Sejarah Ekonomi Indonesia, dari Segi Sosiologi Sampai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Akhir Abad XIX, Jakarta, Pradnya Paramita, 1984, hal. 60.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC akhirnya membubarkan diri pada tanggal 31 Desember 1799.2</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Adapun sebab-sebab jatuhnya VOC itu adalah:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1. Sistem monopoli VOC dengan akibat-akibat yang merugikan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Tujuan monopoli dagang ini adalah untuk memperoleh</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">keuntungan sebanyak mungkin dari perdagangan. Karena VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">merupakan sebuah persekutuan dagang yang terdiri dari para</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pedagang dan pemegang saham, maka mereka sama sekali tidak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memperhatikan kehidupan atau membuat kebaikan terhadap oarngorang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pribumi. Sistem perdagangan seperti itu melemahkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan dan kekuasaan Belanda di Indonesia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Akibat pemerintah Belanda tidak memperhatikan nasib rakyat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">jajahan, maka penduduk pribumi menjadi sangat miskin dan bodoh.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Mereka tidak mampu membeli barang-barang produksi yang dijual oleh</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda. Bahkan tidak jarang penduduk pribumi tidak mampu membeli</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">beras dan bahan-bahan makanan lainnya yang akan dijual oleh Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Beberapa kebijaksanaan Belanda yang menyebabkan orangorang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia terus miskin:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">a. Membeli murah, menjual mahal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda selalu membeli hasil bumi orang-orang Indonesia</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan harga murah, sedangkan bahan-bahan makanan, kain dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">barang-barang lain dijual mahal kepada penduduk. Hal ini</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menyebabkan penduduk tanah jajahan terlalu miskin untuk membeli</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">barang-barang kebutuhan pokok itu. Belanda menjalankan sistem</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pembelian dan penjualan ini dengan tujuan untuk memperoleh barangbarang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang lebih banyak dibanding barang-barang yang dijualnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">b. Menjaga jumlah barang yang dimonopoli.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda terus berusaha menjaga barang-barang yang dimonopoli</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">supaya harganya tidak merosot. Peraturan itu mereka jalankan agar</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">permintaan pasar dan harga tetap seimbang. Jika permintaannya tinggi,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">maka pengeluaran dilebihkan dengan syarat harganya tidak jatuh.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Biasanya hasil yang berlebihan dikurangi dengan menebang dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memusnahkan pohon-pohon, membakar atau mengubur hasil-hasil</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang berlebihan itu supaya harganya tetap tinggi. Misalnya, jika kopi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">atau lada sangat dibutuhkan di Eropa, maka orang-orang Indonesia</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">akan dipaksa menanam lebih banyak pohon-pohon kopi dan lada.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Tanaman-tanaman ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">2 Gilbert Khoo, Sejarah Asia Tenggara Sejak tahun 1500, Kulalumpur, Penerbit</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Fajar Bakti SDN.BHD., 1976, hal. 19.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berbuah. Tetapi apabila sampai waktu bagi tanaman-tanaman ini</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berbuah, permintaan terhadapnya mungkin sudah jatuh. Kalau hal itu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terjadi dan gudang-gudangnya masih penuh, maka kopi dan lada yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berlebihan itu akan dimusnahkan untuk mempertahankan harganya di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Eropa. Sementara itu harga yang dibayar kepada penanam-penaman di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia dikurangkan pula. Orang-orang Belanda itu sendiri pun tidak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">banyak mendapat faedah dari kebijaksanaan monopolinya itu sebab</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mereka tidak dapat melakukan monopoli secara optimal. Pedagangpedagang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Arab dan Inggris membanjiri pasar-pasar di Indonesia</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan kain-kain yang jauh lebih murah dari pada kain-kain Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hal ini menyebabkan harga barang-barang yang dijual Belanda menjadi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sangat murah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pada pertengahan abad ke-18 barang-barang Belanda dijual</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan lebih mahal di pasarnya sendiri. Jika kekuasaan Inggris semakin</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kuat di India, maka mereka akan memperluas perdagangannya ke</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia pula. Sebelum abad ke-18 berakhir, Belanda terpaksa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mengakui bahwa sistem monopolinya telah gagal.3</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">c. Kerjapaksa, penyelundupan dan perompakan di laut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Agar bisa mengontrol secara ketat terhadap hasil yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berlebihan serta memperoleh tenaga yang murah, maka Belanda</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menganut cara pemerintahan di kerajaan-kerajaan tradisional di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia, yaitu kerja paksa. Kerja paksa yang berlebihan, misalnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tempatnya jauh dan membutuhkan waktu yang lama, menyebabkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">para petani tidak mungkin mengerjakan tanahnya sendiri. Sewaktu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">melakukan kerja paksa itu, para petani itu masih menyediakan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">makanannya sendiri, namun juga pernah menerima rangsum dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pemerintah Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Monopoli Belanda itu juga menyebabkan terjadinya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">penyelundupan dan perompakan di laut. Kedua peristiwa itu sangat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">merugikan perdagangan Belanda. Keuntungan yang diperoleh dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">penyelundupan itu sangat besar dibanding dengan bahaya yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dihadapi. Di sisi lain, angkatan laut Belanda tidak mungkin mengawasi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">seluruh perbatasan laut dalam waktu yang sama. Ini berarti bahwa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">angkatan laut Belanda tidak cukup untuk mengawal monopoli Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Biasanya para penyelundup itu juga bertindak seperti bajak laut</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang merompak kapal-kapal Belanda dan merampok kapal-kapal</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dagang Indonesia. Belanda kewalahan menghadapi masalah ini karena</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">angkatan laut Belanda sangat terbatas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">3 Clive Day, The Dutch in Java, Kualalumpur,Offord University Press, 1966, hal. 51.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">d. Menjaga monopoli terhadap tanaman-tanaman.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Di samping menjaga stok barang, Belanda juga menjaga</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tanaman-tanaman agar hasilnya tidak melebihi permintaan pasar,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terutama tanaman rempah-rempah di Maluku, gula dari Jawa dan lada</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dari Aceh. Untuk menjaga tanaman rempah-rempah di Maluku, Belanda</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">melakukan pelayaran Hongi yaitu pelayaran bersenjata untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memusnahkan tanaman-tanaman rempah-rempah yang dianggap</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">melanggar aturan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Di samping biaya pengawasan juga mahal dan menimbulkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dendam dari penduduk yang dirusak tanamannya, di sisi lain Perancis</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan Inggris menggalakkan penanaman pohon-pohon tersebut di tanah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">jajahan mereka. Tidak lama kemudian Sri Lanka dan di India sudah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menghasilkan kayu manis dan bunga cengkih untuk orang-orang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Inggris. Sedangkan tempat pengumpulan rempah-rempah Inggris di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Bangkahulu dapat memperoleh rempah-rempah dari pedagangpedagang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">setempat. Dengan demikian VOC sekali lagi mengalami</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kerugian.4</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">2. Cara kerja yang tidak efektif dan efisien.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pada mulanya VOC itu dimaksudkan sebagai badan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan semata-mata. Ada bukti yang menunjukkan bahwa ketika</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC betul-betul menjalankan usaha perdagangan, VOC mendapat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">keuntungan yang secukupnya. Tetapi setelah VOC itu berubah menjadi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">badan pemerintah, maka anggaran pemerintahan atas seluruh wilayah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kekuasaannya melebihi keuntungan yang diperoleh. Oleh karena</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">susunannya tidak baik, maka timbullah beberapa keburukan yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menyebabkan kerugian yang besar. Pegawai-pegawainya diangkat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berdasarkan keinginan para pejabat VOC sehingga tidak berdasarkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">profesinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pegawai-pegawai yang tidak the raight man on the raight place</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tersebut hanya diberi gaji kecil dan diberi kesempatan untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memperoleh tambahan gaji secara tidak resmi. Akibatnya terjadilah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan pribadi dari pegawai yang paling rendah sampai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Gubernur Jenderal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sementara pegawai-pegawai dan pejabat-pejabat VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memperoleh banyak penghasilan, namun tidak seperti halnya dengan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">rakyat jajahan. Bagi pejabat VOC yang penting adalah bisa bersahabat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan raja-raja setempat supaya memperoleh monopoli perdagangan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">4 Gilbert Khoo, op. cit., hal. 20.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Itulah sebabnya perlawanan rakyat Indonesia tidak henti-hentinya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sambung-menyambung mulai dari perlawanan Sultan Agung, Sultan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hasanudin, Trunajaya, Sultan Ageng, Untung Surapati, Raden Mas Said,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan Pangeran Mangkubumi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dengan adanya perlawanan dan penaklukan daerah-daerah baru</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menyebabkan kas VOC semakin berkurang. Namun gaji yang rendah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">juga mendorong terjadinya korupsi besar-besaran sehingga keuntungan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC semakin habis. Jadi, para pegawai VOC semakin memperkaya diri</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sementara keuntungan VOC hanya cukup untuk mempertahankan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kongsi dagang tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Ada beberapa cara bagi para pegawai VOC untuk memperkaya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">diri, yaitu:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">a. Karena jabatan-jabatan untuk memperoleh keuntungan pribadi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dapat dibeli, maka pegawai-pegawai VOC itu dapat memegang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dua jabatan atau lebih supaya gajinya lebih besar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">b. Pegawai-pegawai VOC menjual barang-barang kepada VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan harga yang lebih tinggi dari pada harga yang dibayar</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kepada orang Indonesia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">c. Mereka mencuri barang-barang dari gudang-gudang VOC dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">membagi-bagikan barang-barang yang akan dikirim itu kepada</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sesama pegawai VOC.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">d. Sewaktu akan mengirim barang, timbangan-timbangan dilakukan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">secara tidak betul sehingga terjadi sisa barang yang kemudian</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dijadikan milik pribadi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">e. Para pegawai itu berdagang barang-barang seperti beras dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">candu yang telah ditetapkan oleh VOC sebagai barang-barang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dagangan monopoli VOC.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">f. Mereka memungut sumbangan dari orang-orang Indonesia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">g. Mereka menerima tips untuk pertolongan yang mereka berikan,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">walaupun sebenarnya itu tugas mereka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">h. Mereka mempergunakan kemudahan-kemudahan VOC untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menjalankan perdagangan pribadi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">i. VOC mendapat bagian dari sisa-sisa yang telah dikorupsi oleh</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">para pegawai. Pegawai-pegawai itu bersekongkol dengan orangorang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia untuk mengelabui VOC.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">3. Saingan Perdagangan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Mula-mula Belanda menghadapi persaingan Portugis dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Inggris. Perdagangan Portugis akhirnya dapat dilumpuhkan, sehingga</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tinggal berbentuk perdagangan perorangan dan tidak membahayakan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">lagi. Sedangkan Inggris yang pada awalnya dapat didesak, namun</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">karena menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, maka akhirnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">justru menjadi pesaing Belanda yang utama dari Eropa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pedagang-pedagang Inggris dan pedagang-pedagang Asia dapat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">masuk ke kawasan-kawasan perdagangan VOC. Mereka menawarkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">harga-harga barang yang lebih murah, sehingga membahayakan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan Belanda. Karena itu Belanda berusaha keras agar Inggris</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tidak memiliki wilayah perdagangan di Indonesia, akibatnya baru tahun</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1795 Inggris memperoleh kedudukan di pulau Penang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Di samping Inggris, orang-orang Bugis dengan pusat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangannya di Riau juga menjadi saingan yang hebat terhadap</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan Belanda. Perselisihan-perselisihan politik yang disebabkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">oleh keikutsertaaan Belanda di pihak Perancis dalam Perang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kemerdekaan Amerika (1774-1783), mengakibatkan semakin</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terancamannya kedudukan Belanda di Indonesia oleh Inggris.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pertempuran-pertempuran laut antara gabungan Inggris-Belanda</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">melawan Perancis dalam tahun 1780-1784 semakin memperberat beban</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">keuangan yang ditanggung Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">4. Kemerosotan Perdagangan VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kemerosotan ini tentu saja disebabkan oleh persaingan dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pedagang-perdagang lain dan juga sebagai akibat dari keburukan sistem</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">monopoli VOC. Clive Day berpendapat bahwa saingan perdagangan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">merupakan sebab utama kemerosotan perdagangan VOC dalam abad</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ke-18.5</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Adapun sebab lain yang menyebabkan kemerosotan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan VOC itu adalah sistem monopoli. Perdagangan VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mulai merosot dengan hebatnya pada permulaan abad ke-18, yaitu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sewaktu Belanda memperoleh kekuasaan yang semakin luas di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia sehingga mengubah dirinya dari dagang ke politik. Apabila</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC tetap pada tujuan aslinya yaitu dagang (membeli dan menjual di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pasar-pasar terbuka), maka uangnya tidak habis untuk membiayai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pemerintahan dan peperangan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pada pertengahan abad ke-18, Belanda di Jawa hampir-hampir</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">5 Clive Day, op. cit., hal. 77</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sudah gulung tikar, karena kehabisan kas. Untuk menghadapi bahaya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kebangkrutan itu, Belanda meningkatkan usaha pengangkutan dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menggalakkan simpanan untuk meningkatkan modal agar mampu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">membiayai perdagangan internasional. Dengan demikian uang mulai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terkumpul kembali.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sistem pengangkutan dan simpanan ini didasarkan kepada</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kenyataan bahwa Belanda ialah tuan bagi orang-orang Indonesia dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mereka memerlukan tanaman-tanaman tertentu untuk dijual di pasarpasar</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">lain. Dengan demikian rakyat dipaksa menjual hasil yang tertentu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tiap-tiap tahun kepada Belanda. Hasil-hasil itu dibayar dengan harga</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang rendah dan yang ditentukan oleh VOC.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Rakyat Indonesia juga terpaksa membiarkan sebagian dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tanaman mereka tiap-tiap tahun sebagai upeti. Penyerahan paksa yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mereka namakan simpanan itu ditentukan besarnya. Sistem ini sangat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menguntungkan VOC, tetapi mengundang kebencian rakyat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sementara itu barang-barang impor yang dimasukkan Belanda</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ke Indonesia, seperti kain, yang diharapkan akan terjual, ternyata rakyat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tidak mampu membelinya lantaran daya beli yang sangat lemah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Akibatnya, perdagangan Belanda semakin kecil sementara kekuasaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">politik mereka semakin bertambah besar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">5. Besarnya biaya untuk menghadapi perlawanan-perlawanan rakyat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pada waktu keuntungan semakin berkurang dan biaya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pemerintahan semakin bertambah, VOC harus menghadapi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perlawanan-perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia. Kondisi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">keuangan Belanda yang paling rendah terjadi pada pertengahan abad</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ke-18. Oleh karena itu perlawanan Bugis di Riau tahun 1783-1784</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">hampir dapat mengusir Belanda dari kota Malaka. Kota Malaka dapat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">diselamatkan oleh pasukan van Braam yang tiba tepat pada waktunya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Peperangan dengan Mataram, Banten, Makasar, bahkan juga</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">campur tangan Belanda dalam perang perebutan tahta di Mataram</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sampai tiga kali, terutama perang melawan Raden Mas Said dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pangeran Mangkubumi, menelan banyak biaya. Beban keuangan itu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">semakin diperparah apabila perlawanan tersebut muncul bersamaan,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">seperti perang perebutan tahta di Jawa dan di Banten.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">6. Pembagian keuntungan yang mengecewakan terhadap pemegang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">saham</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam membagikan keuntungan kepada para pemegang saham</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dalam kongsi dagang Belanda itu berlangsung secara tidak transparan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hal ini terpaksa dilakukan oleh VOC karena kongsi dagang itu berusaha</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">untuk menyehatkan kembali keuangannya sehingga dapat melepaskan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">diri dari kebangkrutan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam pembagian keuntungan itu, kadang-kadang VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memberikan keuntungan 50% dari modalnya pada saat kongsi itu tidak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mendapat untung. Kebijakan itu menyebabkan para pemegang saham</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menyangka bahwa VOC adalah kongsi dagang yang menguntungkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">bagi penanam modal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sewaktu perdagangan VOC mendapat sedikit keuntungan, para</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pemegang saham itu justru tidak diberi apa-apa. Akibatnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ketidaktransparanan itu mengundang penafsiran bahwa VOC menipu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">para pemegang saham. Ternyata dengan memberikan keuntungan yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">besar pada saat VOC merugi dan akibatnya hutang VOC semakin besar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">7. Perang Inggris-Belanda dan Perancis 1780-1784</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Permusuhan Inggris-Belanda dan Perancis dalam tahun 1780-</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1784 ternyata merupakan pukulan yang terakhir terhadap keuangan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC. Perdagangan Belanda terhenti di semua kawasan akibat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pengepungan Angkatan Laut Inggris yang sangat kuat, bahkan VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terblokade. Sebagai akibat pula, maka dana yang dikeluarkan untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menghadapi Inggris itu terlampau besar untuk ditanggung oleh kongsi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dagang yang sedang pailit itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Menurut Harrison, VOC tidak pernah pulih dari penderitaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perang tahun 1780-1784 itu. Dalam peperangan ini, pengiriman barangbarang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan kapal-kapal pedagang Belanda tidak dapat lagi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dilakukan karena hancurnya angkatan laut Belanda dalam pertempuran</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">di Dogger Bank pada tahun 1781.6</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sebab-sebab merosotnya dan jatuhnya VOC mengambil waktu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang lama. Benih kemerosotan itu mengambil waktu 100 tahun untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">akhirnya meruntuhkan kekuasaan imperium perdagangan Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kritikan-kritikan yang hebat terhadap pelaksanaan monopoli itu baru</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mulai timbul dalam tahun 1774. Tetapi oleh karena tidak ada jalan lain</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">lagi untuk memperoleh penghasilan yang tetap, maka sistem monopoli</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">itu terus dilanjutkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Bertolak dari sistem yang dijalankan itu, maka para pakar</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berpendapat bahwa Belanda dengan VOC-nya bukan penjajah yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kejam tetapi loba dan tamak. Keruntuhan VOC terus berproses akibat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">buruknya pemerintahan dan perdagangan VOC akibat saingan dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">6 Brian Harrison, South-East Asia: a short History, New York, Macmillan, 1954,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">hal. 154.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">lawan-lawannya. Namun menurut J.F. Cady, sebab utama keruntuhan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC itu adalah kemerosotan atau penurunan taraf kerja pegawaipegawainya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">7</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sementara itu pakar sejarah Asia Tenggara yang lain banyak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang berpendapat bahwa sebab-sebab jatuhnya VOC yang utama karena</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC gagal memperoleh keuntungan yang cukup untuk membiayai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perluasan wilayah. Hal ini bisa kita runut dari pendapat Harrison yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh tidak pernah melebihi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">biaya yang dikeluarkan. 8</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Beberapa sebab yang menyebabkan kongsi dagang Belanda itu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mengalami kebangkrutan memang saling kait-mengkait. Jika dicoba</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">untuk dicari sebab utama kejatuhan VOC itu, maka banyak persoalan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">baru yang muncul, ibarat menjawab pertanyaan: mana yang lebih dulu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ada, telur atau ayam?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Jatuhnya VOC itu juga menyebabkan penderitaan bagi para</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">penanam tanaman ekspor di Indonesia. Sebab dengan jatuhnya VOC itu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">maka berubah pula sistem politik dan ekonomi di Indonesia. Para</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">penghasil tanaman ekspor harus mengikuti perubahan-perubahan harga</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang cenderung merosot. Keadaan ini menimbulkan kemerosotan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ekonomi yang hebat di kemudian hari.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sesungguhnya pada pertengahan abad ke-18 Gubernur Jenderal</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Gustaaf van Imholf melakukan usaha-usaha untuk mencegah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kemerosotan ekonomi itu. Ia mengusulkan agar perdagangan dalam</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">negeri dan perdagangan Asia dibuka untuk pedagang-pedagang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perorangan dengan Batavia sebagai pusatnya. VOC itu bisa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mendapatkan uang dengan memungut cukai terhadap kapal dagang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan barang-barang yang dibawa ke situ. Di samping itu, pada tahun</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1745 didirikan Persatuan Candu guna mencegah penyelundupan candu,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kemudian juga dilakukan perluasan perladangan di kawasan tanah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tinggi Betawi guna menolong peladang sekaligus menambah masukan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">bagi VOC.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam perkembangannya, rencana van Imholf tersebut gagal</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">karena meletusnya perlawanan Mangkubumi dan Raden Mas Said</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">(1749-1757), serta Perang Banten. Setelah perang selesai, tahun 1757</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda melanjutkan usahanya lagi, yaitu dengan membina hubungan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang baik dengan raja-raja agar bisa kerjasama dengan mereka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Penanaman kopi dan tebu digalakkan, kemudahan-kemudahan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">7 J.F. Cady, South-East Asia Its Historical Development, New York, McGraw-Hill,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1964, hal. 228.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">8 Brian Harrison, op. cit., hal.164.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pengangkutan dimajukan, dan pegawai-pegawai VOC dinaikkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">gajinya. Tetapi hutangnya bertambah karena VOC membayar</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">keuntungan yang tinggi sedangkan kongsi itu tidak mampu berbuat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">begitu, sementara beberapa peperangan dengan raja-raja semakin</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menguras keuangannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Peperangan-peperangan Napoleon di Eropa mengakibatkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perubahan pemerintahan di Nederland. Pada saat itu ternyata VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sudah tidak dapat lagi melunasi hutangnya dan sedang porak-poranda</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pula. Hutangnya berjumlah 134 juta gulden. Akibatnya pada tanggal 31</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Desember 1799 VOC pun dibubarkan. Kekuasaan terhadap semua tanah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">jajahannya diambilalih oleh Kerajaan Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Setelah VOC bubar, Indonesia diserahkan kepada pemerintah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda ( Republik Bataaf). Pegawai-pegawai VOC menjadi pegawai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pemerintah kolonial Belanda tersebut. Hutang VOC juga menjadi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tanggungan pemerintah Belanda. Dengan demikian sejak 1 Januari 1800</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia dijajah langsung oleh negeri Belanda. Sejak saat itu Indonesia</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">disebut Hindia Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">C. Indonesia Setelah Pergantian Kekuasaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Setelah Indonesia menjadi Hindia Belanda, maka pemerintah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda mengangkat seorang Gubernur Jenderal di Hindia Belanda,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yaitu van Overstraten. Ia berhasil menangkis serangan Inggris yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dipimpin Admiral Ball. Hal ini berkat bantuan raja-raja Jawa. Namun</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ancaman Inggris semakin meningkat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kalau kepentingan-kepentingan Belanda pada masa VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terbatas pada kepentingan perdagangan, maka dalam periode ini</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda mulai mengutamakan kepentingan politik. Belanda merebut</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">supremasi perdagangan dari orang-orang Portugis, teristimewa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan monopoli rempah-rempah. Kepentingan agama dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ekonomi membawa orang-orang Portugis ke dunia Timur, tetapi tidak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">lama kemudian kepentingan perdagangan menjadi lebih utama</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">daripada kepentingan agama, dan dengan kedatangan orang-orang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda perdagangan itu menjadi tujuan yang utama.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Keinginan akan monopoli mendorong VOC melakukan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">penaklukan-penaklukan untuk merebut perdagangan rempah-rempah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Tujuan utama mengkonsentrasi perdagangan rempah-rempah itu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">lambat laun bergeser menjadi mengembangkan perkebunanperkebunan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">besar yang hasilnya sangat laku di pasaran Eropa, seperti</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kopi, teh, gula, lada dan lain-lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sistem eksploitasi dan monopoli tetap dipertahankan sewaktu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pemerintah Belanda mengambil alih administrasi VOC. Sampai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pertengahan abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda memang masih</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menganggap perdagangan sebagai kepentingan fundamental,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sedangkan kepentingan politik dan militer dianggap kurang esensial.9</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam kaitan dengan permasalahan tersebut ada dua soal yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perlu diterangkan. Pertama, dalam periode sebelum tahun 1850</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ekspansi Belanda dapat disamakan dengan kolonialisme dalam arti</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">marxistis, karena ada akumulasi modal dan kelebihan produksi di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Negeri Belanda. Kedua, politik kolonial Belanda sesudah tahun 1850</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">harus diterangkan tidak hanya dari segi motif ekonomis saja, tetapi sifat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan sebab-sebabnya harus juga dipelajari dari segi perluasan militer,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perluasan pegawai, perluasan politik dan agama, masing-masing</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sebagai faktor penentu atau faktor pembantu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Motif-motif ekonomis memang menguasai politik kolonial</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda, tetapi ini tidak berarti bahwa faktor-faktor lainnya boleh</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">diabaikan. Bahkan sebaliknya, beberapa faktor menunjukkan bahwa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sejarah imperialisme Belanda adalah manifestasi-manifestasi dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">idealisme politik dan agama.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Mereka yang berusaha menerangkan imperialisme Belanda</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">biasanya terperosok ke dalam kategori kaum diterminis ekonomis yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berpendapat, bahwa kapitalisme adalah satu-satunya manifestasi yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terorganisasi dari rezim kapitalis. Tidak dapat disangkal, bahwa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memang ada hubungan fungsional antara kekuatan ekonomis dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">politis, dan jelas bahwa perubahan-perubahan dan orientasi-orientasi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">baru pada politik kolonial Belanda itu sesuai dengan terjadinya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tingkatan-tingkatan baru pada perkembangan ekonomi di Negeri</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda. Tetapi tidak boleh diabaikan, bahwa negarawan-negarawan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda yang memegang pimpinan pandangan mereka tidak selalu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ditujukan kepada kepentingan-kepentingan ekonomis. Mereka itu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">merupakan suatu mata rantai antara pelaksanaan yang senyatanya dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">suatu politik yang sudah tertentu, dan kecenderungan-kecenderungan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">politik, ekonomi, dan sosial yang umum pada dewasa itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam mendeskripsi pemerintah kolonial Belanda antara tahun</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1800-1830, maka ada empat macam bidang garap yang dilakukannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kecuali faktor ekonomi, fator-faktor lainnya adalah faktor politik, agama</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan sosial. Dengan singkat dapat dikatakan, bahwa liberalisme,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">humanisme, kristianisme ikut serta dalam membentuk politik kolonial</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">9 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Nasional dari Koloniialisme sampai Nasionalisme, jilid 2, Jakarta, PT Gramedia,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1990, hal. 4.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda saat itu. Sudah cukup jelas sebab-sebab yang kompleks dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">imperialisme Belanda, sehingga pendekatan multidimensional sangat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">diperlukan dalam studi kita tentang imperialisme Belanda tersebut.10</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sifat-sifat pokok dari politik kolonial Belanda dapat dicari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan jalan mempergunakan ukuran analisis lain dan dengan jalan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memperbandingkan dengan imperialisme negara-negara Eropa lainnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda membutuhkan hasil-hasil daerah tropis dan mendapatkannya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">harus secara pemungutan upeti, karena pada bagian pertama dari abad</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ke-19 mereka tidak mempunyai barang-barang untuk diperjualbelikan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sebaliknya orang-orang Inggris, mereka ingin menjual kain-kain tenun.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kain-kain ini sebagai hasil dari Revolusi Industri, di Asia dapat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">diperjualbelikannya dengan harga yang lebih murah daripada kain</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tenun buatan penduduk pribumi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Perbedaan fungsi tanah-tanah jajahan itu berakar pada</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perbedaan kondisi-kondisi ekonomis dari negeri-negeri induknya. Bagi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Inggris, dengan industrinya yang sudah maju, perdagangan lebih</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menguntungkan dari pemungutan upeti, dan tanah-tanah jajahan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dianggap sebagai pasar yang menguntungkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda, setelah didominasi oleh Perancis selama dua puluh</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tahun, tidak mempunyai industri dan modal. Tanah jajahannya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dianggap sebagai penghasil barang-barang ekspor yang dibutuhkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">untuk perdagangannya. Pada penghabisan abad ke-19 politik ini diganti</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan politik kesejahteraan, karena kepenttingan-kepentingan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan ingin menciptakan suatu pasar di tanah jajahan dengan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">daya beli yang cukup besar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Bertolak dari pembahasan tersebut di atas, jelaslah bahwa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kepentingan-kepentingan di Indonesia sebagai tanah jajahan tergantung</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pada negeri induk, tidak menjadi soal politik kolonial apakah yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berlaku. Hanya mengenai caranya mencapai tujuan ada perbedaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">antara ide dan politik Belanda, bahwa daerah-daerah taklukan harus</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memberi keuntungan material bagi Belanda, keuntungan yang memang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menjadi tujuan penaklukannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pendapat umum tentang tanah jajahan memang membenarkan,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">bahwa negeri induk itu mempunyai hak moral untuk menikmati segala</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">keuntungan sebagai upah memerintah tanah jajahannya. Orang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">beranggapan bahwa surplus yang besar bagi perbendaharaan negeri</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">induk adalah sesuai dengan kepentingan yang pokok dan permanen</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dari tanah-tanah jajahan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Ideologi-ideologi politik yang besar di Eropa pada abad ke-19</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">10 Ibid, hal. 5.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sangat berpengaruh pada imperilaisme dan politik kolonial Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Liberalisme mulai berkembang di negeri Belanda pada periode sesudah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Napoleon dan berhasil mengubah struktur politik pada kira-kira</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pertengahan abad itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam masa empat puluh tahun berikutnya lahirlah politik</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kolonial yang lazim disebut politik kolonial liberal. Menjelang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berakhirnya abad itu, sosialisme tumbuh sebagai kekuatan baru dalam</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">politik Belanda dan segera tampil sebagai pendekar antikolonialisme.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Di dalam menyerang imperilisme, kritik mereka berbeda sekali</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan kritik kaum liberal. Pada pokoknya kaum sosialis mengutuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">semua politik imperialisme sebagai alat kapitalisme, sedang kritik-kritik</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kaum liberal hanya mengenai detail-detail dari politik kolonial.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Posisi Negeri Belanda di dalam percaturan politik internasional</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mempunyai arti penting. Dapat dikatakan, bahwa karena perlindungan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Inggrislah Belanda dapat mempertahankan posisinya di tanah seberang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hal ini membawa akibat, Inggris dengan leluasa dapat mendesakkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sistem perdagangan bebas dan politik pintu terbuka untuk berdagang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan membuka perusahaan-perusahaan di Indonesia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Akhirnya, issue ekspansi kolonial pada semua kekuasaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kolonial sebenarnya adalah soal dari partai-partai politik dan taktiktaktik</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">parlementer. Kerap kali persoalan kolonial itu bertautan dengan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">persoalan-persoalan lain. Sudah jelas bahwa pada abad ke-19 di Negeri</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda opini umum dianggap sebagai hal yang benar. Ketidaktahuan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">rakyat tentang tanah-tanah jajahan bukanlah hal yang aneh dan orang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tidak boleh berharap bahwa mereka akan menaruh perhatian kepada</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">negeri-negeri asing yang ada di luar pengetahuannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Menyimak proses pemerintah kolonial Belanda di Indonesia</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">awal abad ke-19, terbukti bahwa golongan idealis dan segolongan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">rakyat yang mempunyai kepentingan di tanah-tanah jajahan sangat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berperan dalam pemerintahan. Kedua golongan itu mempunyai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pengaruh politik, oleh karena ikut menentukan dalam membentuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sebagian besar politik kolonial.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">D. Penutup</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Berdasarkan uraian di atas, maka tampaklah bahwa latar</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">belakang terjadinya pergantian kekuasaan karena VOC bangkrut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Karena itu pada tahun 1800 di Indonesia telah terjadi pergantian</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kekuasaan dari tangan VOC ke tangan pemerintah Belanda. Mulai tahun</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1800 itu pula Indonesia dikuasai langsung oleh Pemerintah Belanda,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sehingga Indonesia dikenal sebagai Hindia Belanda. Sejak itu kekayaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">atau bahkan hutang-hutang VOC diambil alih oleh Pemerintah Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pemerintah Belanda melanjutkan politik tradisional VOC dengan tujuan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memperoleh penghasilan sebagai upeti dan laba perdagangan,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">semuanya demi keuntungan Negeri Belanda, dengan cara politik dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">administrasi VOC dijalankan suatu sistem pemerintahan tidak langsung,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pembesar-pembesar pribumi tetap mengurusi perkara-perkara pribumi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan agen-agen Belanda dikuasakan mengawasi tanaman wajib yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">hasilnya untuk pasaran Eropa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dengan sendirinya penyelewengan-penyelewengan yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terdapat pada sistem ini tidak dapat dihindari, misalnya, permintaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pegawai-pegawai Belanda yang melampaui batas atau pemerasan dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pembesar-pembesar pribumi. Sejak semula politik kolonial konservatif</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ini sudah mendapat kritikan pedas dari golongan liberal, yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menganjurkan suatu sistem pemerintahan secara langsung berdasarkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">prinsip liberal dan perdagangan serta inisiatif swasta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Politik kolonial liberal yang digelar sejak 1 Januari 1800</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dijalankan oleh Gubernur Jenderal van Straten dan Gubernur Jenderal</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Daendels. Sedangkan sistem liberal baru mendapat kesempatan untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pertama kalinya pada zaman Raffles (Inggris) yang hanya berlangsung</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">selama 5 tahun (1811-1816), sebab setelah itu Indonesia dikuasai kembali</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">oleh Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Daftar Pustaka</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Cady, J.F., South East Asia a History Development, New York, Mc Graw</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hill, 1964.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Day, Clive, The Dutchin Java, Kualalumpur, Oxford University Press,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1966</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Harrison, Brian, South East Asia a Short History, New York, Macmillan,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1954.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Khoo, Gilbert, Sejarah Asia Tenggara Sejak 1500, Kualalumpur, penerbit</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Fajar Bakti, SDN BHD, 1976</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Prajudi Atmosudirdjo, Sejarah Ekonomi Indonesia dari Segi Sosiologis</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sampai akhir Abad XIX, Jakarta, Pradnya Paramita, 1984.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme, Jilid 2, Jakarta, PT</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Gramedia, 1980.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">~~~~~</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007PERGANTIAN KEKUASAAN DI INDONESIA</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">TAHUN 1800</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">A. Kardiyat Wiharyanto</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">A. Pendahuluan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Masa penjajahan Belanda di Indonesia dapat dibagi dalam dua</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">periode yaitu periode tahun 1602 sampai 1799, dan periode tahun 1800</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sampai 1942. Periode pertama yaitu antara tahun 1602 sampai 1799,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia di bawah persekutuan dagang Belanda. Persekutuan dagang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">itu dibentuk tahun 1602, dan merupakan hasil penyatuan atau merger</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">beberapa serikat dagang di Belanda. Serikat dagang ini bernama</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kepada serikat dagang ini, pemerintah Belanda memberikan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">hak-hak istimewa. Hak istimewa tersebut antara lain hak monopoli</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan, hak mencetak uang sendiri, hak mengumumkan perang,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan hak untuk membuat perjanjian dengan penguasa lain. Dengan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">status seperti sebuah negara ini, VOC memiliki otonomi sendiri untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">bertindak. Untuk mendukung otonomi tersebut, VOC dilengkapi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan pasukan bersenjata.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Di Indonesia, VOC pertama kali berpusat di Ambon. Gubernur</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Jenderal pertamanya adalah Pieter Both. Di bawah kepemimpinannya,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC berhasil menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Namun, itu belum cukup bagi VOC sebab Malaka sebagai pusat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan di Asia Tenggara masih dikuasai Portugis. Oleh karena itu,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">untuk menyingkirkan Portugis, Pieter Both merasa perlu memindahkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pusat kegiatan VOC dari Ambon ke Jayakarta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Ketika itu Jayakarta dikuasai Banten. Jayakarta dipilih karena</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Portugis telah mendirikan kantor perdagangannya di sana. Selain itu,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">letaknya strategis di jalur perdagangan Asia. Setelah mendapat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">persetujuan dari Pangeran Jayakarta, VOC mendirikan kantor</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dagangnya di Jayakarta. Mereka juga mendirikan benteng bernama</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Batavia. Perpindahan pusat VOC ke Jayakarta terjadi pada masa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kehadiran VOC di Jayakarta tentu membawa akibat persaingan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">antara VOC dan Portugis. Namun dengan kelicikannya, VOC berhasil</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mempengaruhi penguasa Banten untuk mencabut hak dagang Portugis</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Drs. A.K. Wiharyanto, M.M., adalah dosen tetap pada Program Studi Pendidikan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sejarah, FKIP - Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">di wilayahnya. Sejak tanggal 31 Mei 1619, VOC memperoleh hak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">monopoli penuh atas Jayakarta. Sejak saat itu pula nama Jayakarta</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">diganti Batavia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dari Batavia, VOC terus memperluas pengaruhnya ke wilayah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">lain di Indonesia. Dengan kelicikan dan kekuatan militernya, VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">akhirnya menjadi satu-satunya serikat dagang Eropa yang bisa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menguasai hampir seluruh wilayah nusantara. Perluasan pengaruh</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">politik VOC umumnya dilakukan dengan perjanjian-perjanjian yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mengikat. Perjanjian ini dicapai setelah ada konflik, yaitu antara VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan penguasa setempat, antarpenguasa (salah satu penguasa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kemudian minta bantuan VOC), atau antara VOC dengan serikat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dagang Eropa lainnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sejak menguasai perdagangan di Indonesia, sebenarnya VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terus menerus menghadapi perlawanan dari rakyat. Perlawanan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pertama dilakukan oleh Sultan Agung dari Mataram, kemudian Sultan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hasanudin dari Makasar, Sultan Ageng dari Banten, Untung Suropati,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Trunojoyo, Raden Mas Said, dan Pangeran Mangkubumi. Akibatnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">beban VOC dari waktu ke waktu bertambah berat, sehingga tidak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mampu lagi menjalankan pemerintahannya di Indonesia. Akhirnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sekitar tahun 1800 terjadi peralihan kekuasaan dari VOC ke pemerintah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hindia Belanda. Untuk mengetahui sekitar pergantian kekuasaan di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia tahun 1800, maka pada bagian berikut akan dibahas tentang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">latar belakang terjadinya pergantian kekuasaan, dan kondisi Indonesia</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">setelah terjadi pergantian kekuasaan tahun 1800.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">B. Latar Belakang Terjadinya Pergantian Kekuasaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Seperti diungkapkan di atas bahwa bangsa Belanda datang ke</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia untuk berniaga. Mula-mula terdapat beberapa kongsi dagang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang menyediakan kapal-kapal, akan tetapi dalam tahun 1602 telah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">didirikan suatu Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yaitu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">gabungan kongsi-kongsi dagang yang berlayar ke Indonesia atau</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kongsi Dagang India Timur.1 Tujuan pokoknya adalah mencari untung</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang sebesar-besarnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Setelah berjalan lebih dari satu setengah abad, ternyata</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">keuntungan yang diperoleh semakin kecil , kasnya semakin menipis,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sedang anggaran belanja VOC semakin besar. Keadaan tersebut tidak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">semakin bertambah baik tetapi justru semakin merosot. Itulah sebabnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1 Prajudi Atmosudirdjo, Sejarah Ekonomi Indonesia, dari Segi Sosiologi Sampai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Akhir Abad XIX, Jakarta, Pradnya Paramita, 1984, hal. 60.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC akhirnya membubarkan diri pada tanggal 31 Desember 1799.2</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Adapun sebab-sebab jatuhnya VOC itu adalah:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1. Sistem monopoli VOC dengan akibat-akibat yang merugikan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Tujuan monopoli dagang ini adalah untuk memperoleh</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">keuntungan sebanyak mungkin dari perdagangan. Karena VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">merupakan sebuah persekutuan dagang yang terdiri dari para</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pedagang dan pemegang saham, maka mereka sama sekali tidak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memperhatikan kehidupan atau membuat kebaikan terhadap oarngorang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pribumi. Sistem perdagangan seperti itu melemahkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan dan kekuasaan Belanda di Indonesia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Akibat pemerintah Belanda tidak memperhatikan nasib rakyat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">jajahan, maka penduduk pribumi menjadi sangat miskin dan bodoh.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Mereka tidak mampu membeli barang-barang produksi yang dijual oleh</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda. Bahkan tidak jarang penduduk pribumi tidak mampu membeli</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">beras dan bahan-bahan makanan lainnya yang akan dijual oleh Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Beberapa kebijaksanaan Belanda yang menyebabkan orangorang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia terus miskin:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">a. Membeli murah, menjual mahal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda selalu membeli hasil bumi orang-orang Indonesia</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan harga murah, sedangkan bahan-bahan makanan, kain dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">barang-barang lain dijual mahal kepada penduduk. Hal ini</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menyebabkan penduduk tanah jajahan terlalu miskin untuk membeli</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">barang-barang kebutuhan pokok itu. Belanda menjalankan sistem</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pembelian dan penjualan ini dengan tujuan untuk memperoleh barangbarang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang lebih banyak dibanding barang-barang yang dijualnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">b. Menjaga jumlah barang yang dimonopoli.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda terus berusaha menjaga barang-barang yang dimonopoli</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">supaya harganya tidak merosot. Peraturan itu mereka jalankan agar</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">permintaan pasar dan harga tetap seimbang. Jika permintaannya tinggi,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">maka pengeluaran dilebihkan dengan syarat harganya tidak jatuh.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Biasanya hasil yang berlebihan dikurangi dengan menebang dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memusnahkan pohon-pohon, membakar atau mengubur hasil-hasil</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang berlebihan itu supaya harganya tetap tinggi. Misalnya, jika kopi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">atau lada sangat dibutuhkan di Eropa, maka orang-orang Indonesia</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">akan dipaksa menanam lebih banyak pohon-pohon kopi dan lada.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Tanaman-tanaman ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">2 Gilbert Khoo, Sejarah Asia Tenggara Sejak tahun 1500, Kulalumpur, Penerbit</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Fajar Bakti SDN.BHD., 1976, hal. 19.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berbuah. Tetapi apabila sampai waktu bagi tanaman-tanaman ini</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berbuah, permintaan terhadapnya mungkin sudah jatuh. Kalau hal itu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terjadi dan gudang-gudangnya masih penuh, maka kopi dan lada yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berlebihan itu akan dimusnahkan untuk mempertahankan harganya di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Eropa. Sementara itu harga yang dibayar kepada penanam-penaman di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia dikurangkan pula. Orang-orang Belanda itu sendiri pun tidak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">banyak mendapat faedah dari kebijaksanaan monopolinya itu sebab</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mereka tidak dapat melakukan monopoli secara optimal. Pedagangpedagang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Arab dan Inggris membanjiri pasar-pasar di Indonesia</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan kain-kain yang jauh lebih murah dari pada kain-kain Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hal ini menyebabkan harga barang-barang yang dijual Belanda menjadi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sangat murah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pada pertengahan abad ke-18 barang-barang Belanda dijual</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan lebih mahal di pasarnya sendiri. Jika kekuasaan Inggris semakin</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kuat di India, maka mereka akan memperluas perdagangannya ke</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia pula. Sebelum abad ke-18 berakhir, Belanda terpaksa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mengakui bahwa sistem monopolinya telah gagal.3</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">c. Kerjapaksa, penyelundupan dan perompakan di laut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Agar bisa mengontrol secara ketat terhadap hasil yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berlebihan serta memperoleh tenaga yang murah, maka Belanda</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menganut cara pemerintahan di kerajaan-kerajaan tradisional di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia, yaitu kerja paksa. Kerja paksa yang berlebihan, misalnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tempatnya jauh dan membutuhkan waktu yang lama, menyebabkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">para petani tidak mungkin mengerjakan tanahnya sendiri. Sewaktu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">melakukan kerja paksa itu, para petani itu masih menyediakan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">makanannya sendiri, namun juga pernah menerima rangsum dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pemerintah Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Monopoli Belanda itu juga menyebabkan terjadinya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">penyelundupan dan perompakan di laut. Kedua peristiwa itu sangat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">merugikan perdagangan Belanda. Keuntungan yang diperoleh dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">penyelundupan itu sangat besar dibanding dengan bahaya yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dihadapi. Di sisi lain, angkatan laut Belanda tidak mungkin mengawasi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">seluruh perbatasan laut dalam waktu yang sama. Ini berarti bahwa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">angkatan laut Belanda tidak cukup untuk mengawal monopoli Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Biasanya para penyelundup itu juga bertindak seperti bajak laut</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang merompak kapal-kapal Belanda dan merampok kapal-kapal</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dagang Indonesia. Belanda kewalahan menghadapi masalah ini karena</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">angkatan laut Belanda sangat terbatas.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">3 Clive Day, The Dutch in Java, Kualalumpur,Offord University Press, 1966, hal. 51.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">d. Menjaga monopoli terhadap tanaman-tanaman.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Di samping menjaga stok barang, Belanda juga menjaga</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tanaman-tanaman agar hasilnya tidak melebihi permintaan pasar,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terutama tanaman rempah-rempah di Maluku, gula dari Jawa dan lada</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dari Aceh. Untuk menjaga tanaman rempah-rempah di Maluku, Belanda</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">melakukan pelayaran Hongi yaitu pelayaran bersenjata untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memusnahkan tanaman-tanaman rempah-rempah yang dianggap</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">melanggar aturan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Di samping biaya pengawasan juga mahal dan menimbulkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dendam dari penduduk yang dirusak tanamannya, di sisi lain Perancis</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan Inggris menggalakkan penanaman pohon-pohon tersebut di tanah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">jajahan mereka. Tidak lama kemudian Sri Lanka dan di India sudah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menghasilkan kayu manis dan bunga cengkih untuk orang-orang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Inggris. Sedangkan tempat pengumpulan rempah-rempah Inggris di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Bangkahulu dapat memperoleh rempah-rempah dari pedagangpedagang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">setempat. Dengan demikian VOC sekali lagi mengalami</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kerugian.4</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">2. Cara kerja yang tidak efektif dan efisien.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pada mulanya VOC itu dimaksudkan sebagai badan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan semata-mata. Ada bukti yang menunjukkan bahwa ketika</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC betul-betul menjalankan usaha perdagangan, VOC mendapat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">keuntungan yang secukupnya. Tetapi setelah VOC itu berubah menjadi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">badan pemerintah, maka anggaran pemerintahan atas seluruh wilayah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kekuasaannya melebihi keuntungan yang diperoleh. Oleh karena</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">susunannya tidak baik, maka timbullah beberapa keburukan yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menyebabkan kerugian yang besar. Pegawai-pegawainya diangkat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berdasarkan keinginan para pejabat VOC sehingga tidak berdasarkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">profesinya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pegawai-pegawai yang tidak the raight man on the raight place</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tersebut hanya diberi gaji kecil dan diberi kesempatan untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memperoleh tambahan gaji secara tidak resmi. Akibatnya terjadilah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan pribadi dari pegawai yang paling rendah sampai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Gubernur Jenderal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sementara pegawai-pegawai dan pejabat-pejabat VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memperoleh banyak penghasilan, namun tidak seperti halnya dengan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">rakyat jajahan. Bagi pejabat VOC yang penting adalah bisa bersahabat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan raja-raja setempat supaya memperoleh monopoli perdagangan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">4 Gilbert Khoo, op. cit., hal. 20.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Itulah sebabnya perlawanan rakyat Indonesia tidak henti-hentinya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sambung-menyambung mulai dari perlawanan Sultan Agung, Sultan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hasanudin, Trunajaya, Sultan Ageng, Untung Surapati, Raden Mas Said,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan Pangeran Mangkubumi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dengan adanya perlawanan dan penaklukan daerah-daerah baru</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menyebabkan kas VOC semakin berkurang. Namun gaji yang rendah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">juga mendorong terjadinya korupsi besar-besaran sehingga keuntungan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC semakin habis. Jadi, para pegawai VOC semakin memperkaya diri</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sementara keuntungan VOC hanya cukup untuk mempertahankan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kongsi dagang tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Ada beberapa cara bagi para pegawai VOC untuk memperkaya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">diri, yaitu:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">a. Karena jabatan-jabatan untuk memperoleh keuntungan pribadi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dapat dibeli, maka pegawai-pegawai VOC itu dapat memegang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dua jabatan atau lebih supaya gajinya lebih besar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">b. Pegawai-pegawai VOC menjual barang-barang kepada VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan harga yang lebih tinggi dari pada harga yang dibayar</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kepada orang Indonesia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">c. Mereka mencuri barang-barang dari gudang-gudang VOC dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">membagi-bagikan barang-barang yang akan dikirim itu kepada</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sesama pegawai VOC.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">d. Sewaktu akan mengirim barang, timbangan-timbangan dilakukan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">secara tidak betul sehingga terjadi sisa barang yang kemudian</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dijadikan milik pribadi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">e. Para pegawai itu berdagang barang-barang seperti beras dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">candu yang telah ditetapkan oleh VOC sebagai barang-barang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dagangan monopoli VOC.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">f. Mereka memungut sumbangan dari orang-orang Indonesia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">g. Mereka menerima tips untuk pertolongan yang mereka berikan,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">walaupun sebenarnya itu tugas mereka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">h. Mereka mempergunakan kemudahan-kemudahan VOC untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menjalankan perdagangan pribadi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">i. VOC mendapat bagian dari sisa-sisa yang telah dikorupsi oleh</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">para pegawai. Pegawai-pegawai itu bersekongkol dengan orangorang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia untuk mengelabui VOC.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">3. Saingan Perdagangan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Mula-mula Belanda menghadapi persaingan Portugis dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Inggris. Perdagangan Portugis akhirnya dapat dilumpuhkan, sehingga</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tinggal berbentuk perdagangan perorangan dan tidak membahayakan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">lagi. Sedangkan Inggris yang pada awalnya dapat didesak, namun</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">karena menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, maka akhirnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">justru menjadi pesaing Belanda yang utama dari Eropa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pedagang-pedagang Inggris dan pedagang-pedagang Asia dapat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">masuk ke kawasan-kawasan perdagangan VOC. Mereka menawarkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">harga-harga barang yang lebih murah, sehingga membahayakan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan Belanda. Karena itu Belanda berusaha keras agar Inggris</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tidak memiliki wilayah perdagangan di Indonesia, akibatnya baru tahun</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1795 Inggris memperoleh kedudukan di pulau Penang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Di samping Inggris, orang-orang Bugis dengan pusat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangannya di Riau juga menjadi saingan yang hebat terhadap</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan Belanda. Perselisihan-perselisihan politik yang disebabkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">oleh keikutsertaaan Belanda di pihak Perancis dalam Perang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kemerdekaan Amerika (1774-1783), mengakibatkan semakin</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terancamannya kedudukan Belanda di Indonesia oleh Inggris.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pertempuran-pertempuran laut antara gabungan Inggris-Belanda</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">melawan Perancis dalam tahun 1780-1784 semakin memperberat beban</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">keuangan yang ditanggung Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">4. Kemerosotan Perdagangan VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kemerosotan ini tentu saja disebabkan oleh persaingan dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pedagang-perdagang lain dan juga sebagai akibat dari keburukan sistem</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">monopoli VOC. Clive Day berpendapat bahwa saingan perdagangan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">merupakan sebab utama kemerosotan perdagangan VOC dalam abad</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ke-18.5</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Adapun sebab lain yang menyebabkan kemerosotan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan VOC itu adalah sistem monopoli. Perdagangan VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mulai merosot dengan hebatnya pada permulaan abad ke-18, yaitu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sewaktu Belanda memperoleh kekuasaan yang semakin luas di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia sehingga mengubah dirinya dari dagang ke politik. Apabila</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC tetap pada tujuan aslinya yaitu dagang (membeli dan menjual di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pasar-pasar terbuka), maka uangnya tidak habis untuk membiayai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pemerintahan dan peperangan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pada pertengahan abad ke-18, Belanda di Jawa hampir-hampir</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">5 Clive Day, op. cit., hal. 77</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sudah gulung tikar, karena kehabisan kas. Untuk menghadapi bahaya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kebangkrutan itu, Belanda meningkatkan usaha pengangkutan dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menggalakkan simpanan untuk meningkatkan modal agar mampu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">membiayai perdagangan internasional. Dengan demikian uang mulai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terkumpul kembali.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sistem pengangkutan dan simpanan ini didasarkan kepada</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kenyataan bahwa Belanda ialah tuan bagi orang-orang Indonesia dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mereka memerlukan tanaman-tanaman tertentu untuk dijual di pasarpasar</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">lain. Dengan demikian rakyat dipaksa menjual hasil yang tertentu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tiap-tiap tahun kepada Belanda. Hasil-hasil itu dibayar dengan harga</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang rendah dan yang ditentukan oleh VOC.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Rakyat Indonesia juga terpaksa membiarkan sebagian dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tanaman mereka tiap-tiap tahun sebagai upeti. Penyerahan paksa yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mereka namakan simpanan itu ditentukan besarnya. Sistem ini sangat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menguntungkan VOC, tetapi mengundang kebencian rakyat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sementara itu barang-barang impor yang dimasukkan Belanda</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ke Indonesia, seperti kain, yang diharapkan akan terjual, ternyata rakyat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tidak mampu membelinya lantaran daya beli yang sangat lemah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Akibatnya, perdagangan Belanda semakin kecil sementara kekuasaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">politik mereka semakin bertambah besar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">5. Besarnya biaya untuk menghadapi perlawanan-perlawanan rakyat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pada waktu keuntungan semakin berkurang dan biaya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pemerintahan semakin bertambah, VOC harus menghadapi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perlawanan-perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia. Kondisi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">keuangan Belanda yang paling rendah terjadi pada pertengahan abad</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ke-18. Oleh karena itu perlawanan Bugis di Riau tahun 1783-1784</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">hampir dapat mengusir Belanda dari kota Malaka. Kota Malaka dapat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">diselamatkan oleh pasukan van Braam yang tiba tepat pada waktunya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Peperangan dengan Mataram, Banten, Makasar, bahkan juga</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">campur tangan Belanda dalam perang perebutan tahta di Mataram</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sampai tiga kali, terutama perang melawan Raden Mas Said dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pangeran Mangkubumi, menelan banyak biaya. Beban keuangan itu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">semakin diperparah apabila perlawanan tersebut muncul bersamaan,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">seperti perang perebutan tahta di Jawa dan di Banten.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">6. Pembagian keuntungan yang mengecewakan terhadap pemegang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">saham</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam membagikan keuntungan kepada para pemegang saham</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dalam kongsi dagang Belanda itu berlangsung secara tidak transparan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hal ini terpaksa dilakukan oleh VOC karena kongsi dagang itu berusaha</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">untuk menyehatkan kembali keuangannya sehingga dapat melepaskan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">diri dari kebangkrutan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam pembagian keuntungan itu, kadang-kadang VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memberikan keuntungan 50% dari modalnya pada saat kongsi itu tidak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mendapat untung. Kebijakan itu menyebabkan para pemegang saham</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menyangka bahwa VOC adalah kongsi dagang yang menguntungkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">bagi penanam modal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sewaktu perdagangan VOC mendapat sedikit keuntungan, para</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pemegang saham itu justru tidak diberi apa-apa. Akibatnya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ketidaktransparanan itu mengundang penafsiran bahwa VOC menipu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">para pemegang saham. Ternyata dengan memberikan keuntungan yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">besar pada saat VOC merugi dan akibatnya hutang VOC semakin besar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">7. Perang Inggris-Belanda dan Perancis 1780-1784</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Permusuhan Inggris-Belanda dan Perancis dalam tahun 1780-</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1784 ternyata merupakan pukulan yang terakhir terhadap keuangan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC. Perdagangan Belanda terhenti di semua kawasan akibat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pengepungan Angkatan Laut Inggris yang sangat kuat, bahkan VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terblokade. Sebagai akibat pula, maka dana yang dikeluarkan untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menghadapi Inggris itu terlampau besar untuk ditanggung oleh kongsi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dagang yang sedang pailit itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Menurut Harrison, VOC tidak pernah pulih dari penderitaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perang tahun 1780-1784 itu. Dalam peperangan ini, pengiriman barangbarang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan kapal-kapal pedagang Belanda tidak dapat lagi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dilakukan karena hancurnya angkatan laut Belanda dalam pertempuran</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">di Dogger Bank pada tahun 1781.6</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sebab-sebab merosotnya dan jatuhnya VOC mengambil waktu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang lama. Benih kemerosotan itu mengambil waktu 100 tahun untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">akhirnya meruntuhkan kekuasaan imperium perdagangan Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kritikan-kritikan yang hebat terhadap pelaksanaan monopoli itu baru</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mulai timbul dalam tahun 1774. Tetapi oleh karena tidak ada jalan lain</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">lagi untuk memperoleh penghasilan yang tetap, maka sistem monopoli</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">itu terus dilanjutkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Bertolak dari sistem yang dijalankan itu, maka para pakar</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berpendapat bahwa Belanda dengan VOC-nya bukan penjajah yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kejam tetapi loba dan tamak. Keruntuhan VOC terus berproses akibat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">buruknya pemerintahan dan perdagangan VOC akibat saingan dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">6 Brian Harrison, South-East Asia: a short History, New York, Macmillan, 1954,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">hal. 154.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">lawan-lawannya. Namun menurut J.F. Cady, sebab utama keruntuhan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC itu adalah kemerosotan atau penurunan taraf kerja pegawaipegawainya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">7</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sementara itu pakar sejarah Asia Tenggara yang lain banyak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang berpendapat bahwa sebab-sebab jatuhnya VOC yang utama karena</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">VOC gagal memperoleh keuntungan yang cukup untuk membiayai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perluasan wilayah. Hal ini bisa kita runut dari pendapat Harrison yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menyatakan bahwa keuntungan yang diperoleh tidak pernah melebihi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">biaya yang dikeluarkan. 8</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Beberapa sebab yang menyebabkan kongsi dagang Belanda itu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mengalami kebangkrutan memang saling kait-mengkait. Jika dicoba</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">untuk dicari sebab utama kejatuhan VOC itu, maka banyak persoalan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">baru yang muncul, ibarat menjawab pertanyaan: mana yang lebih dulu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ada, telur atau ayam?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Jatuhnya VOC itu juga menyebabkan penderitaan bagi para</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">penanam tanaman ekspor di Indonesia. Sebab dengan jatuhnya VOC itu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">maka berubah pula sistem politik dan ekonomi di Indonesia. Para</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">penghasil tanaman ekspor harus mengikuti perubahan-perubahan harga</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang cenderung merosot. Keadaan ini menimbulkan kemerosotan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ekonomi yang hebat di kemudian hari.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sesungguhnya pada pertengahan abad ke-18 Gubernur Jenderal</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Gustaaf van Imholf melakukan usaha-usaha untuk mencegah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kemerosotan ekonomi itu. Ia mengusulkan agar perdagangan dalam</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">negeri dan perdagangan Asia dibuka untuk pedagang-pedagang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perorangan dengan Batavia sebagai pusatnya. VOC itu bisa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mendapatkan uang dengan memungut cukai terhadap kapal dagang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan barang-barang yang dibawa ke situ. Di samping itu, pada tahun</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1745 didirikan Persatuan Candu guna mencegah penyelundupan candu,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kemudian juga dilakukan perluasan perladangan di kawasan tanah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tinggi Betawi guna menolong peladang sekaligus menambah masukan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">bagi VOC.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam perkembangannya, rencana van Imholf tersebut gagal</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">karena meletusnya perlawanan Mangkubumi dan Raden Mas Said</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">(1749-1757), serta Perang Banten. Setelah perang selesai, tahun 1757</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda melanjutkan usahanya lagi, yaitu dengan membina hubungan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yang baik dengan raja-raja agar bisa kerjasama dengan mereka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Penanaman kopi dan tebu digalakkan, kemudahan-kemudahan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">7 J.F. Cady, South-East Asia Its Historical Development, New York, McGraw-Hill,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1964, hal. 228.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">8 Brian Harrison, op. cit., hal.164.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pengangkutan dimajukan, dan pegawai-pegawai VOC dinaikkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">gajinya. Tetapi hutangnya bertambah karena VOC membayar</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">keuntungan yang tinggi sedangkan kongsi itu tidak mampu berbuat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">begitu, sementara beberapa peperangan dengan raja-raja semakin</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menguras keuangannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Peperangan-peperangan Napoleon di Eropa mengakibatkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perubahan pemerintahan di Nederland. Pada saat itu ternyata VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sudah tidak dapat lagi melunasi hutangnya dan sedang porak-poranda</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pula. Hutangnya berjumlah 134 juta gulden. Akibatnya pada tanggal 31</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Desember 1799 VOC pun dibubarkan. Kekuasaan terhadap semua tanah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">jajahannya diambilalih oleh Kerajaan Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Setelah VOC bubar, Indonesia diserahkan kepada pemerintah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda ( Republik Bataaf). Pegawai-pegawai VOC menjadi pegawai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pemerintah kolonial Belanda tersebut. Hutang VOC juga menjadi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tanggungan pemerintah Belanda. Dengan demikian sejak 1 Januari 1800</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Indonesia dijajah langsung oleh negeri Belanda. Sejak saat itu Indonesia</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">disebut Hindia Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">C. Indonesia Setelah Pergantian Kekuasaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Setelah Indonesia menjadi Hindia Belanda, maka pemerintah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda mengangkat seorang Gubernur Jenderal di Hindia Belanda,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">yaitu van Overstraten. Ia berhasil menangkis serangan Inggris yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dipimpin Admiral Ball. Hal ini berkat bantuan raja-raja Jawa. Namun</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ancaman Inggris semakin meningkat.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kalau kepentingan-kepentingan Belanda pada masa VOC</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terbatas pada kepentingan perdagangan, maka dalam periode ini</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda mulai mengutamakan kepentingan politik. Belanda merebut</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">supremasi perdagangan dari orang-orang Portugis, teristimewa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan monopoli rempah-rempah. Kepentingan agama dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ekonomi membawa orang-orang Portugis ke dunia Timur, tetapi tidak</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">lama kemudian kepentingan perdagangan menjadi lebih utama</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">daripada kepentingan agama, dan dengan kedatangan orang-orang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda perdagangan itu menjadi tujuan yang utama.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Keinginan akan monopoli mendorong VOC melakukan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">penaklukan-penaklukan untuk merebut perdagangan rempah-rempah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Tujuan utama mengkonsentrasi perdagangan rempah-rempah itu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">lambat laun bergeser menjadi mengembangkan perkebunanperkebunan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">besar yang hasilnya sangat laku di pasaran Eropa, seperti</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kopi, teh, gula, lada dan lain-lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sistem eksploitasi dan monopoli tetap dipertahankan sewaktu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pemerintah Belanda mengambil alih administrasi VOC. Sampai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pertengahan abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda memang masih</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menganggap perdagangan sebagai kepentingan fundamental,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sedangkan kepentingan politik dan militer dianggap kurang esensial.9</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam kaitan dengan permasalahan tersebut ada dua soal yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perlu diterangkan. Pertama, dalam periode sebelum tahun 1850</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ekspansi Belanda dapat disamakan dengan kolonialisme dalam arti</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">marxistis, karena ada akumulasi modal dan kelebihan produksi di</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Negeri Belanda. Kedua, politik kolonial Belanda sesudah tahun 1850</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">harus diterangkan tidak hanya dari segi motif ekonomis saja, tetapi sifat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan sebab-sebabnya harus juga dipelajari dari segi perluasan militer,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perluasan pegawai, perluasan politik dan agama, masing-masing</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sebagai faktor penentu atau faktor pembantu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Motif-motif ekonomis memang menguasai politik kolonial</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda, tetapi ini tidak berarti bahwa faktor-faktor lainnya boleh</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">diabaikan. Bahkan sebaliknya, beberapa faktor menunjukkan bahwa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sejarah imperialisme Belanda adalah manifestasi-manifestasi dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">idealisme politik dan agama.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Mereka yang berusaha menerangkan imperialisme Belanda</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">biasanya terperosok ke dalam kategori kaum diterminis ekonomis yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berpendapat, bahwa kapitalisme adalah satu-satunya manifestasi yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terorganisasi dari rezim kapitalis. Tidak dapat disangkal, bahwa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memang ada hubungan fungsional antara kekuatan ekonomis dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">politis, dan jelas bahwa perubahan-perubahan dan orientasi-orientasi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">baru pada politik kolonial Belanda itu sesuai dengan terjadinya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tingkatan-tingkatan baru pada perkembangan ekonomi di Negeri</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda. Tetapi tidak boleh diabaikan, bahwa negarawan-negarawan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda yang memegang pimpinan pandangan mereka tidak selalu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ditujukan kepada kepentingan-kepentingan ekonomis. Mereka itu</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">merupakan suatu mata rantai antara pelaksanaan yang senyatanya dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">suatu politik yang sudah tertentu, dan kecenderungan-kecenderungan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">politik, ekonomi, dan sosial yang umum pada dewasa itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam mendeskripsi pemerintah kolonial Belanda antara tahun</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1800-1830, maka ada empat macam bidang garap yang dilakukannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kecuali faktor ekonomi, fator-faktor lainnya adalah faktor politik, agama</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan sosial. Dengan singkat dapat dikatakan, bahwa liberalisme,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">humanisme, kristianisme ikut serta dalam membentuk politik kolonial</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">9 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Nasional dari Koloniialisme sampai Nasionalisme, jilid 2, Jakarta, PT Gramedia,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1990, hal. 4.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda saat itu. Sudah cukup jelas sebab-sebab yang kompleks dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">imperialisme Belanda, sehingga pendekatan multidimensional sangat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">diperlukan dalam studi kita tentang imperialisme Belanda tersebut.10</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sifat-sifat pokok dari politik kolonial Belanda dapat dicari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan jalan mempergunakan ukuran analisis lain dan dengan jalan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memperbandingkan dengan imperialisme negara-negara Eropa lainnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda membutuhkan hasil-hasil daerah tropis dan mendapatkannya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">harus secara pemungutan upeti, karena pada bagian pertama dari abad</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ke-19 mereka tidak mempunyai barang-barang untuk diperjualbelikan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sebaliknya orang-orang Inggris, mereka ingin menjual kain-kain tenun.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Kain-kain ini sebagai hasil dari Revolusi Industri, di Asia dapat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">diperjualbelikannya dengan harga yang lebih murah daripada kain</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tenun buatan penduduk pribumi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Perbedaan fungsi tanah-tanah jajahan itu berakar pada</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perbedaan kondisi-kondisi ekonomis dari negeri-negeri induknya. Bagi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Inggris, dengan industrinya yang sudah maju, perdagangan lebih</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menguntungkan dari pemungutan upeti, dan tanah-tanah jajahan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dianggap sebagai pasar yang menguntungkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda, setelah didominasi oleh Perancis selama dua puluh</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tahun, tidak mempunyai industri dan modal. Tanah jajahannya</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dianggap sebagai penghasil barang-barang ekspor yang dibutuhkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">untuk perdagangannya. Pada penghabisan abad ke-19 politik ini diganti</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan politik kesejahteraan, karena kepenttingan-kepentingan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">perdagangan ingin menciptakan suatu pasar di tanah jajahan dengan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">daya beli yang cukup besar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Bertolak dari pembahasan tersebut di atas, jelaslah bahwa</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kepentingan-kepentingan di Indonesia sebagai tanah jajahan tergantung</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pada negeri induk, tidak menjadi soal politik kolonial apakah yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berlaku. Hanya mengenai caranya mencapai tujuan ada perbedaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">antara ide dan politik Belanda, bahwa daerah-daerah taklukan harus</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memberi keuntungan material bagi Belanda, keuntungan yang memang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menjadi tujuan penaklukannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pendapat umum tentang tanah jajahan memang membenarkan,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">bahwa negeri induk itu mempunyai hak moral untuk menikmati segala</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">keuntungan sebagai upah memerintah tanah jajahannya. Orang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">beranggapan bahwa surplus yang besar bagi perbendaharaan negeri</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">induk adalah sesuai dengan kepentingan yang pokok dan permanen</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dari tanah-tanah jajahan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Ideologi-ideologi politik yang besar di Eropa pada abad ke-19</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">10 Ibid, hal. 5.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sangat berpengaruh pada imperilaisme dan politik kolonial Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Liberalisme mulai berkembang di negeri Belanda pada periode sesudah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Napoleon dan berhasil mengubah struktur politik pada kira-kira</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pertengahan abad itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dalam masa empat puluh tahun berikutnya lahirlah politik</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kolonial yang lazim disebut politik kolonial liberal. Menjelang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berakhirnya abad itu, sosialisme tumbuh sebagai kekuatan baru dalam</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">politik Belanda dan segera tampil sebagai pendekar antikolonialisme.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Di dalam menyerang imperilisme, kritik mereka berbeda sekali</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dengan kritik kaum liberal. Pada pokoknya kaum sosialis mengutuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">semua politik imperialisme sebagai alat kapitalisme, sedang kritik-kritik</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kaum liberal hanya mengenai detail-detail dari politik kolonial.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Posisi Negeri Belanda di dalam percaturan politik internasional</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">mempunyai arti penting. Dapat dikatakan, bahwa karena perlindungan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Inggrislah Belanda dapat mempertahankan posisinya di tanah seberang.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hal ini membawa akibat, Inggris dengan leluasa dapat mendesakkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sistem perdagangan bebas dan politik pintu terbuka untuk berdagang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan membuka perusahaan-perusahaan di Indonesia.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Akhirnya, issue ekspansi kolonial pada semua kekuasaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kolonial sebenarnya adalah soal dari partai-partai politik dan taktiktaktik</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">parlementer. Kerap kali persoalan kolonial itu bertautan dengan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">persoalan-persoalan lain. Sudah jelas bahwa pada abad ke-19 di Negeri</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Belanda opini umum dianggap sebagai hal yang benar. Ketidaktahuan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">rakyat tentang tanah-tanah jajahan bukanlah hal yang aneh dan orang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">tidak boleh berharap bahwa mereka akan menaruh perhatian kepada</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">negeri-negeri asing yang ada di luar pengetahuannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Menyimak proses pemerintah kolonial Belanda di Indonesia</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">awal abad ke-19, terbukti bahwa golongan idealis dan segolongan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">rakyat yang mempunyai kepentingan di tanah-tanah jajahan sangat</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">berperan dalam pemerintahan. Kedua golongan itu mempunyai</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pengaruh politik, oleh karena ikut menentukan dalam membentuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sebagian besar politik kolonial.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">D. Penutup</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Berdasarkan uraian di atas, maka tampaklah bahwa latar</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">belakang terjadinya pergantian kekuasaan karena VOC bangkrut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Karena itu pada tahun 1800 di Indonesia telah terjadi pergantian</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">kekuasaan dari tangan VOC ke tangan pemerintah Belanda. Mulai tahun</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1800 itu pula Indonesia dikuasai langsung oleh Pemerintah Belanda,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">sehingga Indonesia dikenal sebagai Hindia Belanda. Sejak itu kekayaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">atau bahkan hutang-hutang VOC diambil alih oleh Pemerintah Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Pemerintah Belanda melanjutkan politik tradisional VOC dengan tujuan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">memperoleh penghasilan sebagai upeti dan laba perdagangan,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">semuanya demi keuntungan Negeri Belanda, dengan cara politik dan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">administrasi VOC dijalankan suatu sistem pemerintahan tidak langsung,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pembesar-pembesar pribumi tetap mengurusi perkara-perkara pribumi</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dan agen-agen Belanda dikuasakan mengawasi tanaman wajib yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">hasilnya untuk pasaran Eropa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Dengan sendirinya penyelewengan-penyelewengan yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">terdapat pada sistem ini tidak dapat dihindari, misalnya, permintaan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pegawai-pegawai Belanda yang melampaui batas atau pemerasan dari</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pembesar-pembesar pribumi. Sejak semula politik kolonial konservatif</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">ini sudah mendapat kritikan pedas dari golongan liberal, yang</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">menganjurkan suatu sistem pemerintahan secara langsung berdasarkan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">prinsip liberal dan perdagangan serta inisiatif swasta.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Politik kolonial liberal yang digelar sejak 1 Januari 1800</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">dijalankan oleh Gubernur Jenderal van Straten dan Gubernur Jenderal</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Daendels. Sedangkan sistem liberal baru mendapat kesempatan untuk</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">pertama kalinya pada zaman Raffles (Inggris) yang hanya berlangsung</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">selama 5 tahun (1811-1816), sebab setelah itu Indonesia dikuasai kembali</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">oleh Belanda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Daftar Pustaka</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Cady, J.F., South East Asia a History Development, New York, Mc Graw</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Hill, 1964.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Day, Clive, The Dutchin Java, Kualalumpur, Oxford University Press,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1966</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Harrison, Brian, South East Asia a Short History, New York, Macmillan,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">1954.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Khoo, Gilbert, Sejarah Asia Tenggara Sejak 1500, Kualalumpur, penerbit</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Fajar Bakti, SDN BHD, 1976</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Prajudi Atmosudirdjo, Sejarah Ekonomi Indonesia dari Segi Sosiologis</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sampai akhir Abad XIX, Jakarta, Pradnya Paramita, 1984.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme, Jilid 2, Jakarta, PT</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">Gramedia, 1980.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">~~~~~</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: blue;">SPPS, Vol. 21, No. 1, April 2007</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/08621423621816858561noreply@blogger.com0